Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia akan kembali mengumumkan posisi Cadangan Devisa (cadev) periode Mei, Kamis (13/6) mendatang. Kendati mendapat angin segar dari kenaikan peringkat kredit oleh Standard & Poor's (S&P), posisi cadev ke depan masih akan tertekan lantaran kinerja neraca perdagangan yang masih mengkhawatirkan.
Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, akan ada potensi terjadinya arus masuk modal asing (capital inflow) dalam rangka merespons kenaikan peringkat tersebut.
“Dengan adanya S&P ratings upgrade ke BBB, capital inflows yang terjadi akan akan menaikkan inflow dollar dan mengurangi kebutuhan intervensi penjualan dolar,”kata Enrico, Senin (10/6).
Senada, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menilai, kenaikan rating S&P akan menjadi sentimen positif untuk penambahan cadev. Namun, hal itu belum akan terefleksi pada kondisi cadev di bulan Mei.
Di sisi lain, tantangan perang dagang saat ini juga masih menekan kinerja neraca dagang Indonesia yang bisa jadi makin buruk. April lalu, neraca dagang Indonesia mengalami defisit US$ 2,5 miliar dengan laju ekspor yang makin melambat, melebihi perlambatan laju impornya.
“Neraca dagang kemungkinan masih akan defisit di bulan Mei sekitar US$ 1 miliar, terutama selama berlanjutnya perang dagang dan prospek pertumbuhan ekonomi China yang melemah,” kata Mikail.
Lantas, inflow yang terjadi akibat sentimen positif peringkat utang maupun akibat penerbitan surat utang pemerintah untuk global (global bonds) tak akan berpengaruh signifikan.
Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto juga sepakat, kinerja neraca dagang masih sulit terangkat. “Masih akan defisit karena kebutuhan impor barang konsumsi masih tinggi, sementara nilai ekspor masih tertahan kenaikannya akibat pergerakan harga komoditas yang belum naik,” ujarnya.
Hal itu, lanjutnya, mempengaruhi posisi cadev yang juga masih akan terkoreksi di bulan Mei maupun bulan-bulan selanjutnya. Asal tahu saja, posisi cadev pada April lalu sebesar US$ 124,3 miliar, turun dari sebelumnya US$ 124,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News