kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Sejak 1 Desember, Konsumsi Premium Naik


Minggu, 07 Desember 2008 / 10:21 WIB
Sejak 1 Desember, Konsumsi Premium Naik


Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kebijakan penurunan harga premium dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500 per liter sejak 1 Desember mendongkrak penjualan premium di wilayah pemasaran region III PT Pertamina (Persero) sebesar 37,9%. Pertamina menyebut, kenaikan pembelian tersebut karena masyarakat dan pengusaha SPBU menahan pembelian sampai harga diturunkan.

Dalam catatan General Manager Pemasaran BBM Retail Region III Pertamina Maulanatazi, rata-rata konsumsi premium di wilayahnya sebelum harga diturunkan adalah 14.500 kiloliter per hari.

"Nah pada 1 Desember 2008 konsumsi naik menjadi 17.504 kiloliter, lalu pada 2 Desember naik lagi 21.920 kiloliter, 3 Desember menjadi 20.048 kiloliter, dan 4 Desember kemarin 20.521 kiloliter," ujar Maulanatazi, Jum'at (5/12). Sehingga kalau dirata-rata konsumsi premium mengalami kenaikan sebesar 37,9%.

Ditambahkannya, penjualan premium yang tercatat di Depot Plumpang, Jakarta Utara juga mengalami kenaikan selama 4 hari pertama di bulan ini. Pada 1 Desember, penjualan premium dari Plumpang sebanyak 9.360 kiloliter. Padahal sebelum penurunan harga rata-rata penjualan normal hanya 8.400 kiloliter.

Kenaikan penjualan terus berlanjut pada 2 Desember sebesar 13.016 kiloliter, 3 Desember sebesar 11.608 kiloliter, dan 4 Desember 11.688 kiloliter.

Menurut Direktur Utama Pertamina Ari Soemarno, kenaikan konsumsi premium ini karena masyarakat dan pemilik SPBU menahan pembelian sejak lima hari sebelum harga diturunkan sebesar Rp 500 per liter pada 1 Desember.

"Masyarakat juga mau cari untung sih, makanya mereka menahan untuk tidak membeli sebelum harga turun. Akibatnya terjadi antrian di SPBU, ketika harga turun," jelas Ari.

Namun, Pertamina menurutnya tidak bisa memberikan sanksi buat masyarakat yang menahan pembelian. Pertamina hanya bisa memberikan sanksi buat SPBU yang menahan pembelian. Menurut Maulanatazi, sebanyak 19 SPBU di wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat mendapat sanksi berupa penghentian pasokan BBM selama 2 minggu sejak 3 Desember lalu.

Untuk menghindari penahan pembelian terjadi lagi ketika harga Solar nanti diputuskan turun, Ari menandaskan Pertamina sedang membahas skema subsidi tertentu dengan Hiswana Migas. Sayang ia enggan menyebut skema yang dimaksud.

Ketua Umum Hiswana Migas Mohammad Nur Adib pun mengakui pihaknya sudah diajak Pertamina untuk membahas subsidi untuk penurunan harga Solar. Namun, ia juga enggan menjelaskan pembahasan yang sedang berlangsung.

"Dari dulu juga ada skema, asal tidak diintervensi pihak lain biasanya berjalan normal," ujarnya singkat.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×