kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

SBY target surplus beras di pengujung jabatan


Rabu, 30 Oktober 2013 / 08:16 WIB
SBY target surplus beras di pengujung jabatan
ILUSTRASI. Siluet warga melintasi jalan protokol di kawasan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021). Cuaca besok di Jawa dan Bali cerah hingga hujan sedang, menurut prakiraan BMKG. ANTARA FOTO/Novrian Arbi.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Poin utama hasil sidang kabinet terbatas tentang pangan di Bukittinggi adalah, adanya target baru produksi beras di tahun 2014. Dalam rapat tersebut, Indonesia menargetkan bisa surplus 10 juta ton beras.

Angka surplus tersebut dihitung dari perkiraan kebutuhan pangan tahun depan sebesar 33 juta ton. Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Rencana Aksi Bukittinggi terkait ketahanan pangan nasional yang merupakan crash program untuk meningkatkan produksi pangan, yaitu beras, jagung, gula, kedelai dan daging sapi, pada Selasa (29/10).

"Insya Allah, disamping aksi ini, masih terbuka ruang kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat, serta dunia usaha, sehingga surplus 10 juta ton beras tersebut bisa dicapai bersama," jelas SBY, seperti yang dikutip di situs Sekretaris Kabinet, Selasa (29/10).

Menurut SBY, dalam aksi itu, nantinya ada keterpaduan upaya antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan kalangan dunia usaha. Besarnya target yang melebihi kebutuhan dilakukan untuk mencegah terjadinya kemungkinan, seperti gangguan perubahan iklim, gejolak pasar beras dunia, dan faktor-faktor lainnya.

Untuk kedelai, Ketua Umum Partai Demokrat ini mengakui pasokan belum sesuai dengan kebutuhan. Dari 1,98 juta ton kebutuhan kedelai, pasokan kedelai dari dalam negeri tahun lalu baru mencapai 900.000 ton.

"Gap masih besar. Kami berupaya untuk bisa meningkatkan produksi kedelai dalam negeri secara signifikan. Oleh karena itu, kolaborasi dunia usaha dan pemerintah juga sangat dibutuhkan. Kita berharap, paling tidak, tahun depan produksi kedelai bisa mencapai 1 juta ton lebih," jelasnya.

Menurut SBY, kebutuhan untuk komoditas jagung dan gula, secara nasional tidak mengkhawatirkan. Kebutuhan jagung mencapai 14,62 juta ton, sedangkan perkiraan produksi sebesar 19 juta ton. Meskipun demikian, Pemerintah menargetkan produksi jagung mencapai 20 juta ton.

Sedangkan gula, kebutuhan masyarakat adalah 2,7 juta ton dan perkiraan produksinya adalah 2,8 juta ton. Presiden berharap, produksi gula akan busa ditingkatkan menjadi 3,1 juta ton pada tahun mendatang.

Namun SBY mengakui, persoalan kebutuhan  daging sapi, sama seperti kedelai masih rumit. Hal itu seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, kebutuhan akan konsumsi daging juga meningkat.

Pemerintah memperkirakan, kebutuhan daging sapi pada tahun 2014 sebanyak 575,88.000 ton sementara perkirakan produksinya sebesar 443,22.000 ton. Jadi, masih terdapat gap sebesar 130.000 ton daging sapi. Pemerintah memiliki target untuk meningkatkan produksi daging sapi, sekitar 20 ribu ton lagi.

Untuk memastikan implementasi Rencana Aksi Bukittinggi betul-betul terpadu, maka dalam rencana aksi tersebut pemerintah membentuk suatu gugus kendali yang akan memantau dan mengawasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×