Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Posisi dan pandangan Indonesia terhadap tragedi kemanusiaan di Suriah pasca diduga pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia tampaknya berpengaruh.
Seperti diketahui, Rabu malam (28/8) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat telepon dari Perdana Menteri Turki Reccep Tayyip Erdogan untuk mempertanyakan sikap Indonesia dalam tragedi kemanusiaan di Suriah.
Sebelumnya, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd dan PM Malaysia Datuk Seri Najib Razak juga menelepon SBY untuk menanyakan persoalan yang sama.
Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, Kamis (29/8), Presiden SBY menegaskan, sikap Indonesia jelas yakni menyesalkan tindakan pemerintah Suriah yang menggunakan senjata kimia dan mengorbankan rakyat yang tidak berdosa, termasuk anak-anak.
"Sikap Indonesia jelas. Kekerasan harus dihentikan. Senjata kimia mesti dilarang.PBB dan negara di kawasan harus serius, hentikan kekerasan," tutur SBY.
Dalam berbagai pembicaraan dengan kepala negara dan pemerintahan negara-negara lain tentang tragedi di Suriah, Presiden menegaskan bahwa kekerasan di Suriah tidak bisa ditolerir dan harus dihentikan.
Pada kesempatan itu, SBY juga menyesalkan sikap Dewan Keamanan PBB yang tidak pernah mencapai kata sepakat mencari jalan keluar menghentikan tragedi Suriah. "Sementara, korban jiwa di Suriah terus berjatuhan," tambah SBY.
Menurut SBY, bila pada pekan ini, Dewan Keamanan PBB tidak bisa menghentikan kekerasan dan senjata kimia maka dunia sangat menyayangkan.
Pasalnya, Suriah telah berada di ambang tragedi besar. Kendati demikian, hingga kini, belum ada tindakan realistis dari pemerintah Indonesia dalam menghentikan kekerasan di Suriah, selain dari seruan keprihatinan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News