kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   -23.000   -1,19%
  • USD/IDR 16.520   0,00   0,00%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

SBY: Era dwifungsi ABRI sudah selesai!


Senin, 02 Juni 2014 / 14:46 WIB
SBY: Era dwifungsi ABRI sudah selesai!
ILUSTRASI. Tekanan darah tinggi


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan masa reformasi TNI/Polri yang mulai dirintis sejak tahun 1998. Dari proses itu, Presiden mengaku tak rela apabila TNI/Polri kini diintervensi dengan berbagai kepentingan politik menjelang pemilihan presiden.

"Era dwifungsi ABRI sudah berakhir, era kekaryaan sudah usai. Tidak ada lagi perwira TNI/Polri, yang istilahnya 'nyanggong' atau siapa tahu terpilih dan bisa masuk politik," kata Presiden saat bertemu dengan perwira tinggi TNI/Polri, di Kementerian Pertahanan, Senin (2/6/2014).

Presiden mengungkapkan, pada era dwifungsi, turunnya ABRI ke dunia politik merupakan pengabdian. Namun, saat ini, hal itu tak boleh dilakukan. Presiden pun mengingatkan betapa sulitnya melakukan reformasi ABRI dengan memisahkan TNI dan Polri. Ia menyebut, masa itu adalah masa-masa yang sangat sulit dan kelam.

Dengan jerih payah yang sudah dilewati TNI/Polri, Presiden SBY berharap agar para perwira tinggi bisa menjaganya. Menurut Presiden, ada upaya menarik dukungan dari jenderal aktif untuk kepentingan politik.

"Kalau itu terjadi di lingkungan Saudara, di mana pun, TNI/Polri, perwira bawahan, prajurit tentu akan bingung," ungkap Presiden.

Presiden SBY yang berpidato selama sekitar 1 jam itu menunjukkan kemarahannya secara eksplisit kepada perwira tinggi TNI/Polri yang hadir. Berkali-kali, Presiden menggelengkan kepalanya untuk menunjukkan kemarahannya itu terkait fenomena penarikan dukungan calon presiden dari kalangan jenderal aktif.

Presiden pun sempat terdiam beberapa saat. Dia lalu melihat ke arah para perwira tinggi di depannya. Bola matanya, menelusuri secara saksama. Kepalanya pun dia gerakkan dari kanan ke kiri.

"Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar Presiden kalian. Kan itu presiden 'kapal karam', lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," lanjut Presiden. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×