Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Pemerintah menyisakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi valuta asing (valas) baru, yaitu Samurai Bond. Obligasi berdenominasi yen Jepang tersebut rencananya akan diterbitkan paling lambat September 2015.
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan mengatakan, saat ini penghitungan pajak Samurai Bond dengan pemerintah Jepang sudah selesai. Sebab itu saat ini pemerintah tinggal selangkah lagi menerbitkan Samurai Bond, yakni melihat kondisi pasar global.
Diperkirakan, penawaran Samurai Bond dilakukan kuartal III. Meskipun harga saham di Jepang dan China sedang turun, pemerintah menilai masih kondusif. "Kami harapkan dieksekusi sebelum triwulan III berakhir," ujar Robert, akhir pekan lalu.
Robert mengatakan, penerbitan Samurai Bond ini mendapatkan garansi Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Namun ada juga Samurai Bond yang non garansi. Porsi garansi dan non garansi sekitar 80% berbanding 20% atau 70% berbanding 30%. Porsi garansi, kata Robert, akan terus dikurangi di tahun-tahun mendatang. Hingga pada akhirnya investor Jepang hanya mengenal Samurai Bond Indonesia non garansi.
Pemerintah terakhir kali menerbitkan Samurai Bond pada tahun 2012 dengan nilai ¥ 60 miliar atau setara US$ 500 juta. Tenor yang dikeluarkan pada waktu itu adalah 10 tahun dengan sepenuhnya bergaransi JBIC.
Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih bilang, Samurai Bond memiliki potensi di mata investor. Namun jika melihat penerbitan Euro Bond yang tingkat oversubcribed atau kelebihan penawarannya kecil, maka Samurai Bond kemungkinan akan mengalami hal sama.
Meski kemungkinan oversubcribed kecil, Lana bilang tidak menjadi masalah selama target terpenuhi. Yang perlu diperhatikan adalah budaya masyarakat Jepang yang lebih akan memilih obligasi bergaransi karena lebih pasti. Sebab pembeli Samurai Bond rata-rata adalah lembaga dana pensiun Jepang. "Beli untuk jangka panjang sehingga butuh kepastian," terangnya.
Lana menambahkan, walau utang Indonesia saat ini sudah cukup untuk membiayai anggaran, namun pemerintah masih butuh mengeluarkan Samurai Bond untuk menambah likuiditas. Apalagi kalau pemerintah tidak menerbitkan Samurai Bond, maka pembeli Samurai Bond tahun-tahun sebelumnya bisa kecewa karena tidak diperjualbelikan kembali. Hingga 8 Juli 2015, realisasi penerbitan SBN bruto dari target Rp 452,2 triliun, sudah terealisasi 69,09% atau Rp 312,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News