Reporter: Herlina KD | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Fluktuasi ekonomi dunia beberapa hari terakhir semakin meningkat. Imbasnya, nilai tukar rupiah juga ikut melemah. Bahkan, hari ini nilai tukar rupiah sempat anjlok hingga Rp 9.500 per dolar Amerika Serikat (AS).
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, nilai tukar rupiah ini mengalami pelemahan karena faktor luar negeri. "Mayoritas ini terjadi karena perkembangan dunia," ujarnya Senin (28/5).
Agus menambahkan, kondisi di Eropa saat ini semakin mengkhawatirkan yang ditandai dengan penarikan likuiditas di perbankan Eropa. Alhasil, investor juga mulai menyelamatkan dananya untuk diinvestasikan di Amerika Serikat dengan membeli dollar AS.
Nah, kondisi ini berdampak pada pelemahan semua mata uang regional, termasuk Indonesia. Meski begitu, Agus bilang di dalam negeri kondisi fiskal masih cukup sehat. "Kami yakin BI akan menjalankan fungsinya, dan pemerintah akan bekerja sama dengan BI dengan sebaik-baiknya," kata Agus.
Agar pelemahan nilai tukar tidak terus berlanjut, Agus bilang, pemerintah berupaya menjaga kepercayaan pasar. Caranya, adalah dengan memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan pembangunan infrastruktur secara bertahap. Harapannya, arus modal yang keluar bisa ditekan sekecil mungkin.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi kali ini akibat sentimen negatif dari luar. Sehingga, "Semua orang ingin memegang dollar AS untuk save haven," jelasnya.
Di luar itu, Bambang bilang di dalam negeri kebutuhan dollar Amerika serikat sedang tinggi, terutama untuk impor dan pembayaran dividen. Kebetulan, Mei ini adalah jadwal pembayaran dividen perusahaan. Sehingga tekanan rupiah semakin menguat.
Meski rupiah lunglai, tetapi Agus menekankan, pemerintah tetap memberlakukan sistem devisa bebas. Bambang juga bilang, sikap ini diambil pemerintah sebagai langkah antisipasi agar pasar tidak bergerak ke arah yang lebih negatif. Oleh karena itu, "Kita tetapkan tidak ada kontrol devisa," kata Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News