kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah jatuh ke titik terlemah, outlook ekspor masih tersendat


Sabtu, 29 Februari 2020 / 16:01 WIB
Rupiah jatuh ke titik terlemah, outlook ekspor masih tersendat
ILUSTRASI. Warga menukarkan mata uang dolar AS di sebuah gerai money changer, Jakarta, Jumat (28/2/2020). Nilai tukar Rupiah pada Jumat (28/2/2020) sore, bergerak melemah menjadi Rp14.420 per dolar AS, yang disebabkan kekhawatiran pasar terhadap dampak virus corona


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Kurs rupiah telah menyentuh level terendahnya sepanjang tahun ini di level Rp 14.300 per dollar Amerika Serikat (AS). Ketika nilai tukar rupiah melemah sebetulnya memiliki peluang untuk ekspor yang lebih kompetitif. Namun, kondisi saat ini justru buat ekspor ciut.

Berdasarkan data di pasar spot, kurs rupiah ditutup sebesar Rp 14.317 per dolar AS pada Jumat (28/2), atau terkoreksi 3,23% secara year to date (ytd).

Dalam jangka waktu yang sama, nilai tukar rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) koreksi 2,4% atau ditutup di level Rp 14.234 per dolar AS pada akhir perdagangan pekan ini.

Baca Juga: Kencangkan Sabuk Pengaman untuk Menghadapi Badai Besar di Bursa Saham

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI IGP Wira Kusuma mengatakan, kondisi nilai tukar rupiah saat ini tidak cukup untuk menyokong ekspor lantaran pasar ekspor terbesar Indonesia yakni China berada dalam kondisi ekonomi yang melemah.

Setali tiga uang, wabah virus corona yang menjadi penyebab utama ekonomi Negeri Tirai Bambu merembet ke negara lain seperti AS.

“Hubungan dagang kita dengan China sangat tinggi, itu sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia lewat perdagangan” kata Wira dalam acara Pelatihan Wartawan dengan Bank Indonesia, Bandung, Sabtu (29/2).

Menurut Wira, ekspor non-migas dalam negeri ke China paling terdampak, utamanya pada perdagangan batubara dan minyak sawit atau crude palm oil (CPO). Dus, demand China turun, menghalangi kinerja ekspor yang justru biasanya tersokong saat rupiah koreksi.

Namun demikian, neraca perdagangan bulan ini sekiranya diramal masih moderat. Wira bilang, ekspor Indonesia masih bisa dialihkan ke negara-negara lain yang juga menjadi pasar ekpsor besar seperti AS, India, dan Korea Selatan. 

“Nilai tukar rupiah depresiasi relatif lebih baik dibandingkan negara ‘peer country’, sampai 28 Februari 2020 lebih baik dibandingkan dolar Singapura, won, dan bath. BI selalu menjaga berada di pasar jaga stabilitas,” ujar Wira.

Baca Juga: Meski Tengah Tertekan Efek Virus Corona, Pasar Obligasi Indonesia Tetap Menarik

Sejalan, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan dampak ekspor non-migas Indonesia pada kuartal I-2020 akan terasa berat pada batubara, CPO, besi, dan baja. Ini mengingat persentase ekspor Indonesia ke China pada tahun lalu sekitar 16,59% dari total ekspor.

Josua bila kinerja ekspor semakin sulit lantaran 70%-80% bahan baku industri dalam negeri diimpor dari China. Komponen impor barang dari China seperti mesin-mesin dan elektronika, berpengaruh terhadap ekspor impor dalam negeri.

“Kondisi China kuartal I-2020 saja turun ke kisaran 5%. Pengaruhnya memang ke negara yang memiliki hubungan dagang cukup tinggi dengan China, salah satunya Indonesia yang akan berpotensi melambat juga,” kata Josua.

Secara umum, BI meramal kinerja ekspor yang kemungkinan melambat akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,9% pada kuartal I-2020. Sedangkan, prediksi Josua di level 4,9%-5% pada empat bulan pertama tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×