Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Kurs rupiah telah menyentuh level terendahnya sepanjang tahun ini di level Rp 14.300 per dollar Amerika Serikat (AS). Ketika nilai tukar rupiah melemah sebetulnya memiliki peluang untuk ekspor yang lebih kompetitif. Namun, kondisi saat ini justru buat ekspor ciut.
Berdasarkan data di pasar spot, kurs rupiah ditutup sebesar Rp 14.317 per dolar AS pada Jumat (28/2), atau terkoreksi 3,23% secara year to date (ytd).
Dalam jangka waktu yang sama, nilai tukar rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) koreksi 2,4% atau ditutup di level Rp 14.234 per dolar AS pada akhir perdagangan pekan ini.
Baca Juga: Kencangkan Sabuk Pengaman untuk Menghadapi Badai Besar di Bursa Saham
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI IGP Wira Kusuma mengatakan, kondisi nilai tukar rupiah saat ini tidak cukup untuk menyokong ekspor lantaran pasar ekspor terbesar Indonesia yakni China berada dalam kondisi ekonomi yang melemah.
Setali tiga uang, wabah virus corona yang menjadi penyebab utama ekonomi Negeri Tirai Bambu merembet ke negara lain seperti AS.
“Hubungan dagang kita dengan China sangat tinggi, itu sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia lewat perdagangan” kata Wira dalam acara Pelatihan Wartawan dengan Bank Indonesia, Bandung, Sabtu (29/2).
Menurut Wira, ekspor non-migas dalam negeri ke China paling terdampak, utamanya pada perdagangan batubara dan minyak sawit atau crude palm oil (CPO). Dus, demand China turun, menghalangi kinerja ekspor yang justru biasanya tersokong saat rupiah koreksi.