Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sistem pencatatan pemakaian konsumsi BBM bersubsidi, Radio Frequency Identification (RFID) hingga saat ini mogok di tengah jalan. PT Pertamina (Persero) sebagai pemrakarsa dari proyek tersebut belum mengembangkan kembali alat yang akan dipasangkan di mobil pribadi.
Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, menjelaskan alasan proyek RFID tidak berjalan, karena harga komponen yang berasal dari luar negeri menjadi sangat mahal. Hal itu disebabkan oleh nilai mata uang Rupiah yang melemah terhadap Dolar AS.
"Ya keburu dolar naik perhitungan berubah, intinya kesulitan," ujar Dahlan usai rapat pimpinan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia di Graha Niaga, Kamis (20/3).
Dahlan menyerahkan masalah proyek RFID kepada Pertamina dan PT Inti sebagai produsen. Jika tidak ingin dilanjutkan proyek RFID, Dahlan santai. "Keberlanjutan RFID Kalau mau dilanjutkan, ya dilanjutkan," ungkap Dahlan.
Mantan Dirut PT PLN itu mengungkapkan saat ini Pertamina dan PT Inti ingin memakai skema perhitungan harga RFID yang lama. Namun hal ini masih menjadi masalah untuk harga produksi dan pemasangan.
"Dengan harga lama. Ini sedang dibicarakan, ini nggak lama. Tapi ini harus diselesaikan perhitungannya," papar Dahlan. (Adiatmaputra Fajar Pratama)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News