kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ribuan warga Garut kesulitan air bersih


Senin, 18 September 2017 / 15:09 WIB
Ribuan warga Garut kesulitan air bersih


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

KONTAN.CO.ID - Sejumlah warga berkerumun di dekat truk tangki berwarna biru. Mereka antre demi mendapatkan jatah air bersih. Dengan menggunakan jerigen dan ember bekas cat, warga bergantian mengisi wadah-wadah penampung air tersebut sampai penuh. Begitulah kondisi saban tahun yang dialami warga Kampung Harikukun, Desa Cibatu, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, ketika menghadapi musim kemarau panjang seperti saat ini.

Sejak dua bulan terakhir, warga kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur-sumur mereka kering kerontang. "Dari Lebaran kemarin, sampai sekarang sudah enggak turun hujan. Tiap tahun, kami susah air pas musim kemarau," keluh Jamilah, warga Kampung Harikukun kepada KONTAN, Senin (18/9).

Akibat kemarau panjang, warga kesulitan memperoleh air bersih untuk minum, memasak, mandi, cuci dan kakus (MCK). Tidak hanya sumur, sawah-sawah pun kering karena saluran irigasi tak bisa mengairi lagi dari hulunya. "Baru dua kali dikirim mobil tangki dari Desa Cibatu. Katanya sih, tiga hari sekali mau dikirim air bersih," sebut ibu dua anak ini.

Bukan sekali ini saja warga Kampung Harikukun langka air bersih tapi sudah lebih dari tujuh tahun lalu. Sayang, hingga saat ini belum ada tindakan dari pemerintah untuk menangani masalah air bersih ini dalam jangka panjang. Untuk mencuci pakaian, warga terpaksa berjalan lebih dari 2 kilometer menuruni Sungai Cimanuk yang debit airnya semakin menyusut. "Kalau musin kemarau begini, banyak warga yang mandi dan cuci pakain di Sungai Cimanuk," timpal Nandang, warga Harikukun lainnya.

Jamilah maupun Nandang berharap pemerintah setempat bisa membuatkan sumur artesis dengan pompa besar yang bisa diakses warga ketika musim kemarau, sehingga mereka tidak kesulitan air bersih lagi. "Kalau sebagian warga di sekitar Jalan Cibatu-Lewigoong masih terjangkau PAM. Sedangkan Harikukun dan kampung lainnya yang lokasinya ada di atas, PAM tidak bisa masuk," papar Jamilah.

Warga Kampung Sumurkondang, Desa Kertajaya, yang bersebelahan dengan Kampung Harikukun juga mengalami nasib sama. Di Desa Kertajaya saja terdapat 16 perkampungan yang mengalami krisis air bersih. "Puluhan kampung di Kecamatan Cibatu langganan kekeringan sudah lebih dari 10 tahun terakhir," ungkap Ketua Kelompok Usaha Bersama Berkah Mandiri Laksana Fitra Hendra Lesmana.

Akibat efek kemarau yang semakin parah, petani sulit bercocok tanam. Begitupun warga yang mengembangkan budidaya perikanan, kolam-kolam ikan banyak yang mengering. Tak ayal, kekeringan membuat sebagian warga Garut Utara rawan pangan. Menurut Fitra, selama ini penanganan dampak kemarau panjang sebatas tanggap darurat dengan memasok air dari sumur artesis di Sawah Lega, Cipari, Sukawening.  

Agar kekeringan di wilayah Garut Utara teratasi, Fitra berujar, salah satu solusinya adalah merevitalisasi saluran irigasi dari Bendung Copong, Sukasenang, Banyuresmi, bisa sampai ke daerah Cibatu dan sekitarnya. Sebelumnya, ketika daerah hulu Cimanuk masih hijau, belum marak perambahan hutan dan alih fungsi, debit air masih bisa sampai ke wilayah ini. Sehingga, kala itu, warga tidak pernah kesulitan air bersih seperti sekarang. Dulu, perikanan dan pertanian tumbuh subur. "Kami minta pemerintah segera menyelesaikan pembangunan saluran irigasi sampai ke Cibatu," harap Fitra.

Merujuk data BPS Garut 2015, luas area sawah di Kecamatan Cibatu saja cukup luas mencapai 1.328 hektare. Diperkirakan luasnya akan terus menyusut akibat alih fungsi lahan dan sebagian menjadi tidak produktif akibat sulitnya akses irigasi. Maklum, berada di daerah tada hujan. "Akibat rusaknya wilayah konservasi hutan di daerah hulu sejumlah daerah di Garut krisis air, sedangkan saat musim hujan tiba justru banjir yang menerjang," papar Fitra.   

Wilayah Garut Utara yang mengalami krisis air paling parah adalah Kecamatan Malangbong, Kecamatan Kersamanah, dan Kecamatan Cibatu. Ribuan warga di tiga kecamatan ini harus bersusah payah mencari air bersih, meminta ke rumah tetangga yang masih memiliki air bersih. Bahkan sebagian diantaranya harus mencari sumber air ke kali-kali meski kondisinya tidak layak pakai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×