kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

RI-Prancis tanda tangani Protokol Keuangan Untuk BMKG


Selasa, 21 Desember 2010 / 23:36 WIB


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Pemerintah Indonesia dan Prancis menandatangani protokol keuangan untuk meningkatkan kapasitas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Penandatanganan ini dilakukan dalam Forum Konsultasi Bilateral (FKB) II RI-Prancis, di Jakarta, Selasa (21/12). Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri RI, Retno LP. Marsudi. Sedangkan delegasi Prancis dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Prancis, Pierre Shllal.

"Perjanjian ini merupakan perjanjian payung untuk pinjaman lunak yang akan diberikan pemerintah Prancis kepada pemerintah Indonesia sebesar 30,3 juta Euro," ujar Retno LP Marsudi kepada wartawan dalam konferensi pers usai pertemuan. Pinjaman lunak tersebut kata dia akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas BMKG di bidang climate and weather services. "Proyek ini diharapkan akan dapat membantu BMKG dalam meningkatkan sistem operasional meteorologi, klimatologi, dan geofisika di Indonesia sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh World Meteorology Organization (WMO),"ujarnya.

Menurut Shllal bantuan lunak tersebut juga sejalan dengan deklarasi perubahan iklim sebagai masalah global yang harus ditangani secara bersama. Sementara menurut Direktur Jenderal Klimatologi BMKG Widada Sulistya yang hadir dalam acara tersebut, BMKG sebenarnya sudah sejak 1994 bekerjasama dengan pemerintah Prancis.

Kerjasama yang akan dilakukan ini untuk membangun sistem peringatan dini untuk mengurangi dampak negatif akibat cuaca ekstrem. Pembangunan sistem itu dilakukan mulai dari observasi, pengumpulan data, pengolahan data, sampai diseminasi informasi. "Diharapkan sistem ini akan mampu mengurangi dampak atau kerugian akibat cuaca," ujar Widada.Hingga saat ini tidak semua kabupaten atau kecamatan mempunyai kantor BMKG. Kerjasama dengan Prancis ini akan digunakan untuk membangun sistem yang bisa menjangkau daerah yang tidak mempunyai kantor BMKG.

Sistem peringatan dini yang dibangun nanti akan dilengkapi dengan sensor cuaca untuk mengukur parameter atmosfer, mulai dari suhu, tekanan udara, kelembapan udara, arah dan kecepatan angin serta curah hujan. Kalau diketahui curah hujan tinggi di suatu lokasi, BMKG bisa segera menyampaikan informasi tersebut kepada pemerintah daerah untuk bisa diteruskan kepada masyarakat.

Kerjasama ini kata Widada dilakukan dalam waktu tiga tahun dan diharapkan akan dimulai tahun 2011. "Setelah ini ada tahapan lagi antara Menteri Keuangan Indonesia dan Menteri Keuangan Prancis," jelasnya. Setelah ada kesepakatan menteri keuangan dua negara dilakukan menurutnya baru kegiatan mulai dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×