Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Sistem transaksi jalan tol di Tanah Air saat ini masih tertinggal ketimbang negara lain padahal Indonesia telah memiliki jalanan tanpa hambatan ini lebih dari tiga dekade. Transformasi pelayanan jalan tol yang segera menjadi non tunai dalam 31 0ktober 2017 diharapkan bisa ditingkatkan lebih baik ke depannya.
Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali menyatakan, kemacetan jalan tol Jabodetabek diperkirakan mencapai Rp 100 triliun-Rp 150 triliun per tahun. Menurutnya hal ini yang harus segera diatasi pemerintah.
Ia melihat penerapan transaksi non tunai yang akan dilakukan di Tanah Air bisa cukup mengurangi kemacetan antrean pada gerbang tol. Namun menurutnya hal itu saja belum cukup untuk mengurangi kepadatan mobil di jalan yang harusnya bebas hambatan ini.
Menurut Rhenald, ke depannya pemerintah perlu segera menerapkan dynamic pricing pada jalan tol. Pasalnya jumlah kendaraan bermotor di Jabodetabek yang saat ini ia perkirakan sebanyak 24,9 juta akan terus bertambah seiring berkembangnya perekonomian Indonesia.
Rhenald bilang, dynamic pricing pada jalan tol di beberapa negara maju sudah terbukti ampuh mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Namun ia meminta jika pemerintah berencana menerapkan skema ini semestinya dilakukan penerapan harga berdasarkan science.
"Harus ada dynamic pricing, harga tidak bisa fix menurut jangka waktu lama. Dynamic pricing ini sudah terbukti mampu menata ,"kata Rhenald, Jumat (8/9).
Dirinya menyatakan pemerintah bisa meminta bantuan perusahaan layanan jasa produk internet seperti Google. Ia bilang, data arus kendaraan setiap jalur bisa dipantau melalui Google Maps.
"Jadi data seberapa besar traffic-nya bisa membantu dasar penghitungan dynamic pricing," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News