Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa), pada Senin (6/1/2025).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, terdapat sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh Indonesia ketika sudah bergabung dengan BRICS.
Pertama, Indonesia akan mendapat akses ke New Development Bank (NDB) BRICS untuk pembiayaan proyek infrastruktur, termasuk energi dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“NDB menawarkan pendanaan tanpa conditionality yang ketat, memberikan fleksibilitas kepada Indonesia,” tutur Josua kepada Kontan, Selasa (7/1).
Baca Juga: Dana Asing Masih Lari dari Pasar Saham, Dampak Indonesia Gabung BRICS?
Kedua, BRICS menawarkan alternatif dari dominasi ekonomi Barat. Dengan begitu, Josua menyebut, Indonesia dapat memperkuat kerja sama dengan Tiongkok, India, dan negara anggota lainnya untuk meningkatkan perdagangan dan investasi di sektor strategis seperti teknologi dan energi.
Ketiga, sebagai anggota BRICS, Josua menilai Indonesia dapat mendorong agenda negara-negara berkembang dan memperkuat posisi strategisnya di panggung internasional, selaras dengan visi pemerintah untuk menjadi pemimpin Global South.
Keempat, sejalan dengan BRICS yang mendukung penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional, diharapkan mengurangi ketergantungan pada dolar AS, mendukung stabilitas ekonomi jangka panjang.
Baca Juga: Indonesia Bergabung dengan BRICS, Ekonom: Akan Makin Ketergantungan dengan China
Kelima, BRICS dapat membuka peluang untuk mengakses pasar negara anggota lainnya, meskipun perdagangan intra-BRICS saat ini masih terbatas.
Meskipun demikian, Josua menilai, terdapat beberapa potensi kerugian atas bergabungnya Indonesia dengan BRICS.
Antara lain, dalam BRICS, China mendominasi secara ekonomi, sehingga kerja sama ini berpotensi memperbesar ketergantungan Indonesia pada China, terutama dalam sektor perdagangan dan investasi.
Kerugian lainnya dengan bergabungnya Indonesia dalam BRICS dapat dilihat oleh negara-negara Barat sebagai keberpihakan pada blok alternatif, berpotensi memengaruhi hubungan dengan AS dan mitra Barat lainnya.
Baca Juga: Raheem Sterling Resmi Gabung Arsenal sebagai Pemain Pinjaman
Lebih lanjut, perbedaan kepentingan ekonomi di antara negara anggota BRICS seperti China dan India, dinilai bisa membatasi efektivitas kolaborasi. Selain itu, Josua menilai, ekonomi negara seperti Rusia, Brasil, dan Afrika Selatan saat ini menghadapi tantangan yang signifikan, yang dapat memengaruhi stabilitas blok.
Josua melihat, manfaat ekonomi nyata bagi Indonesia dari keanggotaan BRICS diperkirakan tidak akan langsung terlihat dalam jangka pendek, terutama karena perdagangan intra-BRICS masih rendah dan sebagian besar berpusat pada China.
“Jadi secara keseluruhan, bergabungnya Indonesia ke BRICS menawarkan peluang untuk diversifikasi ekonomi dan promosi agenda Global South, namun juga menghadirkan tantangan dalam bentuk risiko geopolitik dan ketergantungan yang lebih besar pada China.
Baca Juga: Victor Osimhen Resmi Gabung Galatasaray dengan Status Pinjaman
Josua menambahkan, keberhasilan Indonesia di BRICS akan bergantung pada strategi yang hati-hati untuk memaksimalkan manfaat ekonomi sambil meminimalkan risiko politik.
Selanjutnya: Sebulan Harga Emas Antam Naik 1,79%, Hari Ini Melorot (7 Januari 2025)
Menarik Dibaca: 4 Cara Menurunkan Kadar Gula Darah Setelah Bangun Tidur, Penderita Diabetes Bisa Coba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News