kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rekam jejak sang aristek ekonomi Orde Baru


Jumat, 09 Maret 2012 / 13:43 WIB
Rekam jejak sang aristek ekonomi Orde Baru
ILUSTRASI. WHO sedang melakukan investigasi soal laporan vaksin corona AstraZeneca bisa sebabkan pembekuan darah.


Reporter: Asnil Bambani Amri, Petrus Dabu, Kompas.com | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Apakah Anda ingat kata "Repelita" yang sering didengungkan oleh pemerintah Orde Baru? inilah buah buah karya almarhum Prof Dr Widjojo Nitisastro bersama tim ekonomi Orde Baru lainnya seperti Ali Wardhana, JB Sumarlin, Emil Salim, dan Sadeli.

Repelita merupakan singkatan dari Rencana Pembangunan Lima Tahun yang menjadi program andalan pemerintah Orde Baru. Saat program ini meluncur, Widjojo yang meninggal pukul 02.30 WIB dini hari tadi (9/3) itu menjabat posisi penting di Negara ini.

Widjojo dipercaya Presiden Suharto menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional periode (1971-1973) dan Menko Ekuin sekaligus merangkap Ketua Bappenas periode 1973-1978 dan 1978-1983.

Karena peranannya yang begitu kuat, ada yang bilang kebijakan ekonomi Indonesia kala itu kental dengan sebutan "Widjojonomics." Widjojonomics disebut sebagai pandangan untuk menghadapi kekuatan monopoli ekonomi negara maju.

Pemikiran Widjonomic pada dekade 1980-an dan 1990-an itulah yang membawa pertumbuhan ekonomi rata-rata 8% per tahun. Pertumbuhan ekonomi itu membuat Bank Dunia menyebut Indonesia sebagai "One of the Asian Miracles."

Tetapi disisi lain, banyak yang mengkritik kebijakan Widjojo hanya menekankan aspek pertumbuhan dan pasar bebas belaka. Widjojo dan beberapa ekonom lainnya yang lulusan University of California (Barkeley) dituduh sebagai Mafia Berkeley bentukan CIA untuk menanamkan paham ekonomi liberalisme di Indonesia.

Namun setelah Suharto lengser, pengaruh Widjojo ikut memudar. Habibie sebagai pengganti Suharto, ternyata memiliki pemikiran berbeda dengan Widjojo. Namun semasa Presiden Abdurrahman Wahid, Widjojo kembali dipercaya memimpin Tim Ekonomi Indonesia untuk melakukan negosiasi utang pada perundingan Paris Club di April 2000.

Dalam perundingan itulah, Widjojo sukses meyakinkan negara donor untuk menjadwal ulang utang Indonesia periode April 2000 sampai 2002, senilai US$ 5,9 miliar.

Kini, salah satu peninggalan berharga Widjojo adalah buku yang berisi kumpulan tulisan dan pidato yang terbit dalam bahasa Inggris berjudul The Indonesian Development Experience: Collection of Writing and Speeches. Buku ini disebut sebagai buah karya begawan ekonomi Indonesia yang diharapkan mampu memberi kontribusi pada sejarah ekonomi dunia.

Semasa mengemban tugas negara, Widjojo tak hanya menjadi arsitek ekonomi di dalam negeri. Widjojo juga terlibat dalam aktivitas dan pertemuan ekonomi dunia di luar negeri. Ia terlibat dalam berbagai sidang ekonomi, terutama yang berkaitan langsung dengan Indonesia.

Kiprah Widjojo di dunia ekonomi dunia itu mendapat penghargaan dari pemerintah Kamboja tahun 1982. Widjojo dianugerahi Grand Grois Orde Royal de Monisaraphon. Sementara kiprahnya di dalam negeri dianugerahi Bintang Maha Putera Adipradana tahun 1973.

Lebih detail, berikut ini kiprah Widjojo di berbagai sidang di luar negeri:

  • Inter Governmental Group Meeting for Indonesia (IGGI) di Belanda mulai tahun 1967 sampai 1982

  • Perundingan Paris tahun 1969

  • Perundingan Bantuan Pemerintah Jepang tahun 1971,1972 dan 1975

  • Konferensi Kerjasama Ekonomi International di Paris tahun 1975 dan 1977

  • Sidang Tahunan Komisi ESCAP ke-32 di Bangkok tahun 1976

  • Sidang UNCTAD di Nairobi tahun 1976

  • Sidang menteri-Menteri ASEAN di Singapura tahun 1977

  • Sidang Tingkat Menteri Kelompok 77 di Tanzania dalam Persiapan Sidang UNCTAD ke-5 tahun 1979

  • Sidang UNCTAD ke-5 di manila tahun 1979

  • Sidang Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN X di Bangkok 1980

  • Kongres International Chambers of Commerce di Manila tahun 1981

  • Sidang menteri Ekonomi ASEAN di Kuala Lumpur tahun 1982

  • Sidang European management Forum di Swiss tahun 1982

Tak hanya mengemban tugas kenegaraan, Widjojo juga menjawab tugasnya sebagai akademisi. Tahun 1955-1957 ia memimpin Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI). Tahun 1962 ia mengembang tugas sebagai Ketua dan Sekretaris Fakultas Ekonomi UI. Pada tahun yang sama, ia juga menjadi Guru Luar Biasa pada Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat. Pada tahun 1965-1967, ia dipercaya menjadi Dekan Fakultas Ekonomi UI.

Pria kelahiran Malang 23 September 1927 ini menamatkan sarjana di Fakultas Ekonomi UI tahun 1955. Setelah itu ia memperoleh gelar Ph.D di bidang ekonomi dari University California yang akrab disebut Berkeley pada tahun 1961.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×