kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Realisasi serapan beras Bulog baru capai 24.000 ton


Selasa, 19 Maret 2019 / 13:32 WIB
Realisasi serapan beras Bulog baru capai 24.000 ton


Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Maret ini, serapan beras dalam negeri oleh Perusahan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) masih minim. Dari target yang dipatok 1,8 juta ton sepanjang tahun ini, Bulog baru menyerap beras dalam negeri sekitar 24.000 ton per Senin (18/3) kemarin.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi mengatakan, rendahnya penyerapan beras hasil produksi petani oleh Bulog disebabkan oleh harga yang masih tinggi.

Sementara, sesuai Inpres No 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras oleh Pemerintah, pembelian oleh Bulog dilakukan dengan fleksibilitas 10% yaitu Rp 4.070 per kg dalam bentuk gabah.

"Kan harganya kemarin masih Rp 5.100 per kg. Tapi sekarang sudah mulai turun dan April nanti akan makin turun karena sudah mulai panen," ujar Tri, Senin (18/3).

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menambahkan, salah satu penyebab rendahnya penyerapan beras pemerintah lantaran saluran atau outlet untuk menyalurkan juga sudah berkurang.

Hal ini sejak penugasan penyaluran rastra dari cadangan beras pemerintah (CBP) oleh Bulog dikurangi dari 2 juta ton pada 2017 menjadi tinggal 213.000 ton untuk periode hingga April nanti. Oleh karena itu, Bulog juga tengah meminta agar penyaluran rastra tersebut bisa diperpanjang hingga Desember.

"Penyerapan Bulog ini memang harus ada outlet-nya. Di samping market yang diberikan pemerintah, Bulog juga harus mencari pasar sendiri dengan macam-macam caranya," ujar Agung.

Misalnya, Agung melanjutkan, Bulog akan memperkuat pendistribusian ke daerah-daerah yang tidak bisa memproduksi beras sendiri seperti Maluku Utara.

Adapun, Agung optimistis target penyerapan beras akan memenuhi target. Pasalnya, pemerintah telah memberi kelonggaran pada Bulog untuk menyerap secara komersial jika harga masih tidak sesuai dengan ketentuan fleksibilitas.

"Kalau harga masih di atas Rp 4.070 per kg, sudah diputuskan penyerapan secara komersial dengan skema namanya beli-jual dan diberi kelonggaran satu bulan. Kami dorong semua Divre mulai menyerap sevara komersial. Jadi tidak ada masalah," pungkas Agung.

Bulog menyatakan akan terus menggenjot penyerapan beras terutama memasuki masa panen ini. Menurut Agung, beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur telah memasuki panen. Begitu juga dengan Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat yang baru memulai panen, sedangkan Jawa Barat dan Lampung diproyeksi mulai panen di akhir Maret nanti.

Sementara, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution tak begitu mengkhawatirkan serapan Bulog yang masih rendah tersebut selama harga beras di pasar masih dapat diterima oleh petani dan konsumen.

Ia tak menampik harga pasar saat ini memang masih tinggi sehingga Bulog sulit menyerap. "Bulog kan punya stok masih 1,8 juta ton dari pengadaan tahun lalu. Kalau harga market bagus, ya biar saja, kenapa Bulog mesti maksa masuk? Tapi kalau harga di bawah, ya pasti dibeli untuk menjaga harga," tandas Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×