Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can
JAKARTA. Hingga pertengahan November 2012, realisasi penyerapan anggaran negara belum cukup menggembirakan. Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran belanja baru mencapai Rp 1.112,11 triliun atau 71,8% dari pagu APBNP 2012 hingga 14 November lalu.
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menjelaskan, realisasi anggaran belanja negara ini sedikit lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 70,7% dari pagu anggarannya. Khusus untuk belanja pemerintah pusat per 14 November 2012 realisasinya mencapai Rp 717,993 triliun atau 67,1% dari pagu APBNP 2012 yang sebesar Rp 1.069,53 triliun.
Namun, dia mengatakan realisasi belanja modal masih belum sesuai harapan. "Per 14 November realisasi belanja modal sebesar Rp 82,994 triliun atau 48,8% dari pagu anggaran yang sebesar Rp 168,67 triliun," ujar Anny Selasa (4/12).
Realisasi belanja modal ini lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun 2011 yang sebesar 42,9% dari pagu anggarannya. Sementara itu, realisasi pendapatan dan hibah per 14 November 2012 sudah mencapai Rp 1.060 triliun atau 78,1% dari target dalam APBNP 2012 yang sebesar Rp 1.358 triliun.
Dengan pencapaian ini, Anny bilang realisasi defisit anggaran per 14 November 2012 sebesar Rp 51,559 triliun. Realisasi defisit anggaran ini sudah lebih baik ketimbang periode yang sama tahun 2011 yang sebesar Rp 37,50 triliun. Hanya saja, realisasi defisit anggaran tahun ini masih jauh dari pagu defisit anggaran dalam APBNP 2012 yang sebesar Rp 190,1 triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan realisasi defisit anggaran per 14 November 2012 memang masih jauh ketimbang target dalam APBNP 2012 yang sebesar Rp 190,1 triliun atau 2,3% dari PDB. Tapi, tingginya konsumsi BBM bersubsidi pada tahun ini diperkirakan bakal mengerek defisit anggaran ke angka yang lebih besar lagi.
Agus bilang, secara umum pemerintah masih bisa mengatasi dampak fiskal akibat kenaikan konsumsi BBM bersubsidi ini. Tapi, "Memang jumlah defisit anggaran akan lebih dari 2,3% dari PDB, mungkin ada di kisaran 2,3% - 2,4%. Subsidi BBM sendiri akan bisa melewati Rp 200 triliun," katanya Senin (3/12).
Catatan saja, pada tahun ini, pemerintah dan DPR telah mengalokasikan kuota BBM bersubsidi sebesar 44,04 juta kilo liter. Namun, untuk menjaga defisit anggaran sebesar 2,3% dari PDB, pemerintah berharap konsumsi BBM bersubsidi bisa dijaga pada level 43,5 juta kilo liter.
Tapi ternyata konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan bakal melampaui kuota yang ditetapkan sebesar 44,04 juta kilo liter. Bahkan, pemerintah memutuskan untuk menambah kuota BBM bersubsidi untuk tahun ini sebesar 1,2 juta kilo liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News