Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pantas saja pemerintahan baru akan menjadikan Kementerian Pertanian (Kemtan) sebagai salah satu kementerian prioritas. Soalnya, banyak target yang tidak bisa dicapai oleh kementerian ini selama 10 tahun terakhir. Salah satunya adalah kegagalan memenuhi target swasembada di sektor pangan.
Tak hanya gagal dalam merealisasikan swasembada pagi, Kemtan ternyata juga tak berhasil mengejar target produksi jagung, kedelai, dan gula. Memang, produksi padi masih masuk dalam hitungan rencana swasembada, namun catatan merah tetap ada karena meleset dari target awal.
Terlebih, tahun ini, Kemtan sudah melakukan tiga kali perubahan dalam menetapkan target produksi. Di awal tahun, Kemtan optimistis produksi bisa mencapai 76,57 juta ton gabah kering giling (GKG). Lalu berubah menjadi 73,16 juta ton GKG dan kedua kalinya direvisi lagi menjadi 72 juta ton GKG. Terakhir, ditetapkan produksi 70,24 juta ton GKG. Perinciannya, produksi 40,63 juta ton beras dengan asumsi kebutuhan nasional 36,44 juta ton beras. Di atas kertas, masih ada surplus sekitar 4,19 juta ton beras.
Tak tercapainya target produksi juga terjadi pada jagung. Pertama kali, Kemtan menetapkan target 20,82 juta ton pipilan kering (PK) hingga akhir tahun. Tapi, angka itu direvisi dua kali masing-masing sebesar 20,08 juta ton PK dan 19 juta ton (PK). Nyatanya, produksi jagung diperkirakan hanya 18,54 juta PK.
Sebenarnya angka ini sudah memberikan kelebihan 6 juta ton PK. Sebab, kebutuhan nasional hanya 12,36 juta ton PK. Tapi, lagi-lagi Kemtan gagal merealisasikan target awalnya.
Nah, jika dua komoditas sebelumnya masih bisa mencetak surplus di tahun ini, hal berbeda justru dialami kedelai. Menteri Pertanian Suswono mengakui, produksi kedelai tahun ini sulit mencapai swasembada. Kemtan sudah berkali-kali merevisi target produksi. Awalnya 2,7 juta ton, lalu diturunkan menjadi 1,5 juta ton, lantas kembali direvisi menjadi 1,26 juta ton, dan terakhir 1 juta ton.
Kesulitan dalam produksi kedelai diakui Suswono karena masalah keterbatasan lahan. Kemtan sempat memprediksi akan ada perluasan lahan kedelai mencapai 500.000 hektare (ha), tapi ini pun pesimistis dapat tercapai. Ditambah, harga kedelai dunia yang tengah anjlok. "Kalau harga kedelai menarik pasti produksi juga bagus," katanya.
Kegagalan lainnya adalah swasembada gula. Suswono mengakui, sulit untuk mencapai swasembada gula karena revitalisasi pabrik gula saat ini juga tidak terjadi. Sementara, pembangunan pabrik gula baru yang ditargetkan sebanyak 15 pabrik hingga 20 pabrik tidak berjalan. Hanya satu pabrik yang diresmikan bulan ini.
Mengerti pertanian
Dengan beberapa rapor merah ini, diharapkan menjadi masukan bagi Menteri Pertanian pada periode berikutnya. Terlebih selama beberapa periode terakhir, jabatan orang nomor satu di Kemtan selalu diisi oleh orang partai yang tak melulu tahu akan seluk beluk pertanian. Khudori, Pengamat Pertanian mengatakan, sebaiknya Menteri Pertanian baru harus memiliki kemampuan politik kuat untuk membangun sektor pertanian yang strategis.
Dalam jangka pendek, informasi teknologi di sektor pertanian harus jadi prioritas. Sebab, selama ini kehilangan produksi sampai pengelolaan terjadi karena tidak adanya teknologi pertanian yang mumpuni. Sedangkan untuk jangka menengah, perlu pembenahan di perluasan lahan serta pembangunan infrastruktur.
"Perlu juga adanya penataan kelembagaan bahwa akan ada kementerian yang bersinergi untuk mengurusi pangan dan perdagangan," tutur Khudori.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News