kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pulihkan ekonomi 2021, ekonom Bank Permata menilai pengadaan vaksin harus didorong


Jumat, 11 September 2020 / 18:32 WIB
Pulihkan ekonomi 2021, ekonom Bank Permata menilai pengadaan vaksin harus didorong
ILUSTRASI. Ilustrasi vaksin corona


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pemulihan ekonomi tahun depan akan tergantung dari penanganan kesehatan untuk mengatasi pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19). Dus, pengadaan vaksin Covid-19 perlu didorong oleh pemerintah.

Menurut Josua, tersedianya vaksin merupakan salah satu langkah krusial dalam pemulihan perekonomian nasional, sehingga pengadaan vaksin ini seharusnya juga merupakan prioritas utama pada tahun 2021.

Josua mengapresiasi langkah pemerintah yang menambah cadangan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020 sebesar Rp 15,8 triliun. Harapannya, anggaran tersebut bisa digunakan maksimal dalam pengadaan vaksi Covid-19 sekaligus stimulus konsumsi masyarakat di periode pemulihan ekonomi tahun depan. 

“Hal yang perlu diperhatikan dari pemerintah pada tahun 2021 adalah kemungkinan adanya penambahan anggaran pada saat tersedianya vaksin karena perkiraan tingginya permintaan vaksin, sehingga akan mendorong kenaikan belanja pemerintah,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (11/9). 

Baca Juga: Tambahan anggaran program PEN di tahun depan dinilai tak perlu

Adapun postur anggaran kesehatan dalam program PEN 2021 yang telah ditetapkan dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 di pertengahan bulan lalu yakni sebesar Rp 25,4 triliun.

Anggaran tersebut, dialokasikan untuk pengadaan vaksin Covid-19, imunisasi, sarana dan prasarana kesehatan, laboratorium dan litbang, serta cadangan bantuan iuran BPJS untuk PBPU/BP. 

Namun demikian, akibat bertambahnya anggaran program PEN 2021 membuat belanja pemerintah pusat membengkak, sementara outlook penerimaan pajak tahun depan diprediksi turun 3,16% dari pagu lama. 

Alhasil, defisit APBN 2021 berpotensi melebar kembali ke kisaran 5,7% terhadap PDB. Meski demikian, Josua berharap belanja pemerintah pada tahun 2021 yang diperkirakan akan dapat mengungkit perekonomian domestik baik dari sisi permintaan dan produksi. 

Hanya saja, Josua memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 diperkirakan berkisar 3%-4%. 

“Kecenderungan downside risk-nya didorong oleh kualitas penanganan Covid-19 serta produktivitas dari stimulus ekonomi yang digelontorkan oleh pemerintah yang akan mendorong seberapa cepat pemulihan ekonomi,” kata Josua.

Selanjutnya: Defisit APBN 2021 jadi 5,7% dari PDB, Indef: Postur belanja tak efektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×