kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PT JMT resmi urus monorel di Bandung


Sabtu, 30 Agustus 2014 / 11:45 WIB
PT JMT resmi urus monorel di Bandung
ILUSTRASI. Jokowi menitahkan jajarannya untuk merumuskan sanksi bagi instansi pemerintah yang masih membeli produk impor. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A


Sumber: TribunNews.com | Editor: Uji Agung Santosa

BANDUNG. Proyek pembangunan moda transportasi massal monorel resmi ditangani oleh PT Jabar Moda Transportasi (JMT). Perusahaan patungan ini merupakan gabungan dari Panghegar Group yang diwakili oleh PT Sarana Infrastruktur Indonesia (SII) dengan BUMD PT Jasa Sarana (JS).

Presiden Direktur Panghegar Group, Cecep Rukmana mengatakan, PT SII akan memiliki 20 persen saham PT JMT dan 80 persen saham lainnya dimiliki PT JS. "Komposisi saham itu akan berubah jika China National  Machinary Import and Export  Corporation (CMC) ikut bergabung," kata Cecep di Bandung, Jumat (29/8) sore.

Menurut Cecep, jika BUMN milik Tiongkok itu  bergabung, komposisi saham PT JMT akan menjadi milik SII 20 persen, PT JS 40 persen, dan CMC 40 persen. Keterlibatan CMC, kata Cecep, akan membuat kondisi finansial perusahaan patungan itu lebih baik karena pembangunan monorel trase I antara Leuwipanjang-Gedebage-Tanjungsari membutuhkan dana sekitar Rp 6 hingga Rp 8 triliun.

"Pihak CMC akan memberikan pinjaman berbunga murah sebesar 70 persen dari total anggaran yang dibutuhkan, sedangkan sisanya harus disediakan oleh pihak PT. JMT," kata Cecep.

Pihaknya, lanjut Cecep, optimistis pembangunan monorel akan segera terealisasi setelah urusan administrasi perizinan selesai. Keseluruhan perizinan tersebut ditargetkan selesai sebelum soft launching monorel oleh Pemprov Jabar pada 19 September 2014.

Rencananya, dalam trase I akan terdapat 11 stasiun pemberhentian. Kesebelas titik ini akan dikembangkan properti pendukung sebagai pemasukan lain bagi operator monorel.

Berdasarkan hasil kajian, kata Cecep, harga tiket per kilometer jatuh pada angka Rp 10.000, sedangkan  kemampuan pasar hanya Rp 300 per kilometer. "Selisih inilah nantinya yang akan ditutupi dari pemasukan lain yang diperoleh dari pengelolaan stasiun di sepanjang jalur monorel," kata Cecep.

Asisten Daerah Bidang Administrasi Setda Jabar, Iwa Karniwa, mengatakan sekurangnya ada empat persiapan lagi yang harus dilakukan untuk mengejar target soft launching proyek tersebut. "Salah satunya, perusahaan patungan sudah didaftarkan di Kemenkumham, mudah-mudahan segera tuntas," kata Iwa.
Kedua, lanjut Iwa, penyusunan draft rencana perizinan badan usaha perkeretaapian (BUK).

"Tadinya soft launching  Agustus ini, namun kami geser agar berbarengan dengan puncak ulang tahun Jabar," kata Iwa.

Hingga kemarin, tim penyusun masih berkonsultasi dengan Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan terkait permohonan rekomendasi lima trase monorel.
Kelima fase Monorel Bandung Raya tersebut yakni Leuwi Panjang-Gedebage-Tanjung Sari (28,95 km), Leuwi Panjang-Soreang (11,74 km), Dago-Pasirluyu (12,47 km), Gedebage- Majalaya (12,47 km), dan seksi Kopo-Cililin (24,67 km). Keseluruhan proyek ini ditargetkan rampung dalam waktu 25 tahun. (san)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×