Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi tahunan pada bulan Maret sebesar 7,3%. Inflasi ini jelas lebih rendah ketimbang inflasi tahunan Februari yang tercatat sebesar 7,75%.
Berdasarkan hasil survei pemantauan harga BI hingga minggu ketiga Maret tercatat inflasi sekitar 0,1%. Sehingga otoritas moneter ini memperkirakan inflasi tahunan 7,3%.
"Memang tren inflasi yang menurun dan terkendali masih berlanjut," ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo pekan lalu. Menurut dirinya, harga pangan pada bulan Maret masih terkendali.
Dampak dari kenaikan gas maupun tarif angkutan udara pun tidak besar. Depresiasi nilai tukar rupiah pun tidak terlihat dalam berbagai komponen inflasi. Karenanya BI meyakini inflasi Maret akan berada di kisaran 0,1%.
Inflasi inti pun, ungkap Perry, akan mengalami penurunan. Seperti diketahui, pada inflasi Februari sebesar 0,26%, inflasi inti menduduki porsi tertinggi yaitu sebesar 0,37%.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto melihat inflasi Maret akan tercatat 0,1%-0,2%. Sehingga inflasi tahunan secara keseluruhan sekitar 7,4%-7,5%.
Menurut Ryan, ada tiga faktor yang menyebabkan inflasi Maret. Pertama, kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram. Kedua, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) industri. Ketiga, kenaikan tarif angkutan udara akibat adanya kenaikan avtur.
Berbeda dengan Ryan, Kepala Ekonom BII Juniman memprediksi terjadi deflasi pada Maret sebesar 0,04% sehingga inflasi tahunan tercatat 7,2%. Ada dua pemicunya. Pertama, penurunan harga pangan akibat sudah normalnya aktivitas akibat banjir.
"Sudah masuk musim panen raya," tandas Juniman. Kedua, penguatan nilai tukar rupiah. Rupiah menguat pada bulan Maret sehingga membuat harga barang-barang impor khususnya elektronik mengalami penurunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News