Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Langkah proteksionisme yang dilakukan Presiden Trump dikhawatirkan menurunkan potensi investasi Indonesia. Penurunan potensi investasi terjadi karena perusahaan di Amerika Serikat (AS) akan terkena tekanan pemerintahan Trump, untuk lebih banyak melakukan kegiatan investasi di AS sendiri.
Dengan kondisi itu, perusahaan-perusahaan itu akan mengalihkan investasi yang tadinya di negara lain kembali ke AS. Kekhawatiran tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Selasa (30/1).
Menurut Thomas, beberapa investor dari AS sudah menemui dirinya soal kemungkinan penurunan investasi tahun ini. Banyak perusahaan AS yang minta maaf ke kami. Investasi itu pada dasarnya kemitraan, tidak perlu saling tunjuk jari, harus selalu mencari solusi bersama. Kalau saling menyalahkan malah tidak produktif, ujarnya.
Meski begitu, Thomas optimistis, bila perusahaan AS akhirnya mengurangi investasi tahun ini, posisinya akan diisi oleh investasi dari negara lain. Kalau investasi dari AS berkurang, itu akan menciptakan vakum yang akan diisi oleh investor dari negara lain. Sebab secara fundamental, pertumbuhan ekonomi tertinggi ada di negara berkembang, ujar Thomas.
Dengan fundamental yang baik, perusahaan asal Eropa, Korea, AS, dan Tiongkok (China) tetap mengincar Indonesia dalam strategi investasinya. Namun begitu, Indonesia harus kerja ekstra-keras supaya iklim investasi lebih menarik. Salah satunya dengan mempermudah perizinan. Selain itu, Indonesia juga perlu mencari alternatif investor lain selain AS, seperti Jepang, Korea, Eropa, dan Tiongkok.
Namun, menurut Thomas, harus diakui, kualitas investasi dari AS cenderung tinggi, terutama di sektor teknologi dan consumer product. "Nilai merek, nilai teknologi, nilai jaringannya sangat tinggi, jadi kita tetap perlu (investasi dari AS)," katanya.
Oleh karena itu, meski ada potensi turun, Thomas mengaku akan kerja ekstra-keras agar perusahaan AS tetap mau berinvestasi di Indonesia, meskipun akan ada tekanan untuk mengalihkan investasi ke dalam negeri.
Harus diwaspadai
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengakui bahwa pemerintah mewaspadai fenomena penurunan investasi yang tengah melanda dunia. "Semua menunjukkan pelemahan investasi. Ini harus diwaspadai, katanya.
BKPM mencatat, sepanjang 2016, realisasi investasi di Indonesia tumbuh 12,4% (yoy). Dengan nilai Rp 612,8 triliun, pertumbuhan investasi tahun lalu masih lebih rendah dari pertumbuhan investasi 2015 yang mencapai 18% (yoy). Di tahun ini, BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp Rp 678,8 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News