kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek perdagangan dengan AS tidak hanya diukur dari pergantian presiden


Selasa, 19 Januari 2021 / 17:36 WIB
Prospek perdagangan dengan AS tidak hanya diukur dari pergantian presiden
ILUSTRASI. Mantan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro ingatkan pemerintah bahwa prospek perdagangan dengan AS tidak hanya diukur dari pergantian presiden.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Koordinator Perekonomian RI Periode 2001 hingga 2004 Dorodjatun Kuntjoro Jakti mengingatkan, prospek hubungan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) tak hanya bisa ditakar dengan pergantian presiden AS.  

Djatun pun memerinci beberapa poin yang ikut memengaruhinya, seperti kondisi politik dalam negeri AS, diplomasi yang cenderung untuk menjadi senjata (weaponizing), pergantian pelobi dan pengacara (lobbyist and lawyers), serta wasit perdagangan yang sudah menjadi tidak relevan.

“Kita tidak bisa mengukur pengaruh kepemimpinan Biden terhadap perdagangan hanya dari awal perjalanan. Karena politik AS sangat dinamis,” ujar Djatun dalam web seminar, Selasa (19/1).

Djatun pun menjelaskan kondisi domestik AS. Menurutnya, banyak orang salah mengira kalau kebijakan presiden yang penting.  Namun, yang paling penting (the first branch) dalam kebijakan di AS adalah kongres.

Baca Juga: Jelang pelantikan Biden, Kemendag: Indonesia tetap bangun kerja sama dengan AS

“Jadi memang harus dilihat dan dipahami perubahan kebijakan apa yang akan dibawa Biden untuk menghadapi Kongres? Dan siapa saja orang-orang yang ditunjuk menjadi Kongres. Ini yang terpenting,” tambah Djatun.

Kemudian, dari sisi weaponizing, Djatun melihat kalau kecenderungan sekarang adanya perekonomian sering dijadikan untuk ajang bertarung. Sehingga, semua perangkat yang ada menjadi senjata.

Diplomasi yang biasanya untuk menunda aksi dan meredam masalah (to delay and to calm down) malah sering dijadikan senjata oleh Trump dan dibalas dengan negara-negara lain seperti China dan Uni Eropa.

Kemudian, Djatun juga khawatir dengan wasit perdagangan dunia, dalam hal ini organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO), yang nampak pincang untuk masalah arbitrasi.

Kekhawatirannya, saat nanti ada gesekan dalam perdagangan AS dan Indonesia, Indonesia tidak bisa langsung mengadu kepada WTO.

“Jadi nanti kalau misalnya posisi perdagangan AS dan Indonesia susah, saya perhatikan, kita tidak bisa cepat mengadu ke WTO. Jumlah wasit untuk arbitrasi mereka pincang dan ini perlu diperhatikan,” tandasnya.

Selanjutnya: Industri mobil listrik digadang-gadang bakal membawa investasi yang cukup besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×