kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Produksi energi terus merosot


Senin, 17 Februari 2014 / 18:40 WIB
Produksi energi terus merosot
ILUSTRASI. Menakar prospek saham dan kinerja PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) di tengah tekanan kenaikan tinggi tarif cukai rokok KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan

PADANG. Realisasi produksi energi Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Bukan hanya untuk bahan bakar minyak (BBM) saja yang realisasi lifting-nya terus merosot, tetapi juga untuk sumber energi lainnya seperti Bahan Bakar Nabati (BBN), produksi gas, dan minyak bumi.

Misalnya saja untuk realisasi produksi minyak bumi pada tahun 2013 lalu hanya sebesar 306,6 juta barrel dari realisasi tahun sebelumnya yang mampu mencapai 314,7 juta barrel. Sementara untuk produksi gas bumi pada tahun 2013 mencapai 2,5 juta MMSCF, dari 3,2 juta MMSCF pada tahun 2012. Lalu produksi BBN turun menjadi 1.679,2 ribu kiloliter dari 2.221,4 ribu kiloliter pada 2012.

Penyebab merosotnya masing-masing sumber energi tersebut memiliki alasan yang berbeda. Minyak bumi misalnya, menurut Direktur Divisi Energi, Sumber Daya Mineral dan pertambangan Bappenas Monty Girianna jumlah kilang yang terbatas dengan cadangan yang terus berkurang menjadi alasan mengapa produksi minyak bumi Indonesia berkurang.

Belum lagi ditambah kebutuhan yang meningkat dari masyarakat, menyebabkan cadangannya cepat berkurang. Namun Monty mengatakan, kondisi ini menunjukkan Indonesia sebetulnya sedang menghadapi krisis energi. Indonesia tidak mungkin mendongkrak produksi minyak buminya dalam waktu dekat. Karena keterbatasan cadangan dan sumber daya.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah diversifikasi dengan menggunakan gas. Namun itu belum bisa dilakukan karena infrastruktur yang dimiliki Indonesia belum siap untuk melakukannya. Akibatnya, produksi gas juga masih terbatas, karena penggunaannya belum maksimal. “Untuk saat ini kita memang belum siap menggunakan energi terbarukan,” ujar Monty, Senin (17/2) kepada KONTAN, di Padang.

Sebetulnya, pemerintah berjanji untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur energi terbarukan BBG sejak dua tahun lalu. Kenyataannya, hingga saat ini hal itu belum terwujud. Secara tidak langsung, Monty menyebut permasalahan utamanya berada di tingkatan teknis. Sementara di sisi perencanaan sebetulnya sudah siap.

Pengamat perminyakan Pri Agung bilang pemerintah tidak serius dan masih mementingkan ego sektoral. Padahal ketahanan energi sangat penting dalam pembangunan sebuah negara. Tanpa ketahanan energi, Indonesia akan sulit untuk bisa mandiri dan bersaing menjadi negara industri yang maju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×