Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional (Bapanas) memprediksi harga beras akan kembali mengalami kenaikan pada semester II/2024.
Kenaikan dipicu lantaran produksi beras berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami defisit mencapai 2,6 juta ton pada periode Januari - Juli 2024.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengungkap pada periode tersebut, produksi beras dalam negeri diperkirakan sebesar 18,64 juta ton, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yaitu mencapai 21,11 juta ton.
Baca Juga: Bapanas Usulkan Tambahan Anggaran Rp 20,22 Triliun Untuk Program Bantuan Pangan 2025
"Total produksi beras Januari-Juli sebesar 18,64 juta ton, lebih rendah 2,47 juta ton dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya," jelas Arief dalam Rapat Kerja Bersama Komisi IV DPR RI, Senin (10/6).
Anjloknya produksi ini diakui Arief bakal mengerek harga beras di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) di semester II/2024.
Adapun Bapanas resmi menerbitkan HET beras yang baru per Juni 2024. Melalui Perbadan No.5/2024, Bapanas menetapkan HET untuk beras premium sebesar Rp14.900-Rp15.800 per kilogram dan beras medium sebesar Rp12.500-Rp13.500 per kilogram.
"Ada kemungkinan (harga beras di atas HET) pada saat gabah itu sortage," ucapnya.
Baca Juga: Harga Beras Naik di Atas HET, Badan Pangan: Produksi Beras Januari-Juli Lebih Rendah
Sebelumnya, Ketua Pusat Perbenihan Serikat Petani Indonesia (SPI) membenarkan pada musim tanam kedua (MT II) diprediksi akan menurunkan produksi beras lantaran masuk musim kemarau.
Untuk itu, menurutnya diperlukan kebijakan yang lebih baik selain pompanisasi seperti menyediakan sumur bor, dan fasilitas listrik agar masuk ke lahan untuk mengairi sawah petani.
"Program pompanisasi saja tidak akan berdampak signifikan karena sumber air yang tersedia dari waduk dan embung juga terbatas," jelas Kusnan pada Kontan.co.id, Selasa (21/5).
Baca Juga: Bapanas Merilis Kios Pangan, Ini Pengertian dan Manfaatnya
Jika tidak demikian, lanjut Kusnan, produksi beras dipastikan akan turun drastis pada musim kemarau ini dan mengerek tinggi harga beras. Pasalnya petani akan mengganti produksinya dengan komoditas lain yang tidak memerlukan banyak air seperti jagung ataupun tembakau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News