kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Presiden dan Wakil Presiden harus tetap jalankan reformasi struktural


Rabu, 17 April 2019 / 20:49 WIB
Presiden dan Wakil Presiden harus tetap jalankan reformasi struktural


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom meminta presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 untuk tetap menjalankan reformasi struktural bahkan lebih masif dari yang telah dilakukan selama ini. Hal ini dilakukan agar Indonesia tidak tertinggal dari negara lain.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memberikan masukan terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih, terkait sejumlah indikator ekonomi. Dari sisi pertumbuhan ekonomi misalnya, pemerintah masih bisa mendorong ke angka 5,5%-6%.

Caranya dengan mengisi industri menengah atau bahan baku yang selama ini menjadi kelemahan Indonesia. "Kita impor bahan baku dan bahan mentah sekitar 80%," kata David kepada Kontan.co.id. 

Hal ini juga dilakukan, untuk menekan defisit transaksi berjalan alias currenct account deficit (CAD).

Dari sisi inflasi, pemerintah juga diminta agar terus menjaga stabilitas harga. Selama ini, pemerintah dinilai David telah berhasil menjalankan hal itu.

Untuk stabilitas nilai tukar rupiah, David meminta pemerintah untuk menstabilkan ketergantungan terhadap portofolio inflow. Sebab, 40% obligasi pemerintah selama ini masih dimiliki asing.

"Dan ketergantungan portofolio lebih seimbang dengan mendorong investasi asing langsung melalui reformasi struktural," tambah dia.

Jika CAD bisa lebih ditekan maka nilai tukar rupiah juga akan lebih stabil. Selain itu, peluang suku bunga acuan yang lebih rendah juga semakin terbuka lebar.

Terakhir, David meminta pemerintah agar membuat tarif pajak korporasi dalam negeri lebih kompetitif melalui pemangkasan tarif. Hal ini memang akan membuat penerimaan pajak dalam negeri berkurang. 

"Tapi ekonomi ke depan lebih kuat," tandas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×