Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menurunnya angka masyarakat kelas menengah menjadi salah satu concern pemerintah dalam dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029.
Pemerintah menargetkan proporsi penduduk kelas menengah pada 2025 bisa mencapai 17,50% dari total seluruh penduduk Indonesia. Sementara itu, pada 2029 ditargetkan meningkat menjadi 20%.
Meski demikian, target tersebut masih lebih rendah 1,45% poin dibandingkan proporsi kelas menengah saat sebelum pandemi Covid-19 yang tercatat 21,45%.
Pemerintah mencatat, populasi kelas menengah pada 2019-2024 mengalami penurunan. Terjadi penurunan dari kelas menengah menjadi calon kelas menengah dan rentan miskin, disebabkan oleh tingginya angka pemutusan hubungan kerja.
Pada Agustus 2024, tercatat 46.420 pekerja yang mengalami PHK, angka ini diperkirakan akan terus meningkat.
Menurut pemerintah, salah satu faktor yang memicu terjadinya PHK adalah rendahnya daya beli masyarakat. Hal ini terlihat dari deflasi yang terjadi pada komponen harga yang diatur pemerintah dan harga bergejolak.
Baca Juga: Efek Efisiensi Pemerintah, Target Pertumbuhan Ekonomi Dalam RPJMN Sulit Tercapai
Menurut Laporan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas Indonesia (2024), komponen harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi dari 1,68% pada Agustus 2024 menjadi l,40% pada September 2024.
Sementara itu, komponen harga bergejolak mengalami deflasi yang signifikan, dari 3,04% pada Agustus 2024 menjadi 1,43% pada September 2024.
Daya beli masyarakat yang rendah berimplikasi pada menurunnya permintaan terhadap barang-barang yang diproduksi oleh industri. Dengan permintaan yang lemah, industri tidak dapat memenuhi biaya operasional, yang pada akhirnya memaksa untuk mengurangi jumlah karyawan atau bahkan menutup usaha.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah menyampaikan penguatan peran kelas menjadi langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi dan mencapai status negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.
Proporsi kelas menengah (aspiring middle class dan middle class) yang mencakup 72,20% dari total populasi telah berkontribusi sebesar 82,30% terhadap konsumsi rumah tangga nasional pada tahun 2023.
Upaya penguatan peran kelas menengah melalui penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dan berkualitas, terutama pada sektor-sektor produktif seperti manufaktur dan teknologi tinggi yang berorientasi pada pekerjaan formal.
Sementara pada sektor informal, penyerapan tenaga kerja didorong melalui program regenerasi petani serta penciptaan iklim investasi dan kemudahan berusaha yang selanjutnya akan menjadi stimulus bagi peningkatan wirausaha dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan mencegah.
Baca Juga: Prabowo Bidik Ekonomi Tumbuh 8% di 2029, Konsumsi Rumah Tangga Naik 7,27%
Upaya memperkuat permintaan domestik juga didukung oleh upaya-upaya dalam penurunan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan, seperti penguatan kebijakan redistribusi melalui bantuan sosial adaptif dan subsidi tepat sasaran untuk menjaga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, serta penguatan ekonomi daerah dan program pembangunan infrastruktur.
Selanjutnya: Intiland Development (DILD) Bidik Target Marketing Sales Rp 2 Triliun di Tahun 2025
Menarik Dibaca: 7 Lauk Sayur yang Cocok untuk Sahur dan Buka Puasa, Mudah Dibuat lho
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News