Reporter: Anna Suci Perwitasari, Revi Yohana, Agus Triyono | Editor: Edy Can
JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia terus terkuras. Pada akhir Juni 2012 lalu, posisi cadangan devisa tercatat sebesar 106,5 miliar, merosot hingga US$ 5 miliar dibanding posisi bulan Mei 2012.
Ini adalah posisi cadangan devisa terendah sejak Maret tahun 2011. Kala itu, pundi devisa kita tercatat sebesar US$ 105,7 miliar. Penggerus cadangan devisa adalah operasi moneter Bank Indonesia (BI) untuk menjaga kurs rupiah serta pembayaran utang jatuh tempo.
Selain itu, penempatan cadangan devisa di beberapa mata uang asing juga rentang fluktuasi. "Fluktuasi pergerakan euro dan dollar AS mempengaruhi cadangan devisa," ujar Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Tak hanya itu saja, menurut David Sumual, ekonom Bank Central Asia, kinerja ekspor Indonesia yang melemah juga berkontribusi pada penurunan cadangan devisa. Kendati menyusut, cadangan devisa masih dinilai aman. Menurut Perry, posisi cadangan devisa Indonesia saat ini masih cukup besar.
Pundi devisa masih bisa untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang jangka pendek dalam beberapa bulan mendatang.
Cadangan devisa itu juga masih cukup aman untuk menangkal tekanan ekonomi global. "Kami terus mengupayakan akumulasi cadangan devisa. Maksudnya, untuk persiapan dan antisipasi krisis global," kata dia.
Ia bilang, tujuan BI selama ini memupuk devisa memang untuk berjaga-jaga bila suatu saat cadangan devisa dibutuhkan. Makanya, kita tak perlu risau meski cadangan devisa sekarang menurun karena potensi cadangan devisa akan terus bertambah sampai akhir tahun.
Batasi impor
Destri Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri bilang, cadangan devisa sebesar US$ 106,5 miliar masih bisa untuk membiayai impor dan pembayaran utang untuk lima sampai enam bulan ke depan."Ini masih di atas standar internasional yang tiga bulan impor,” kata Destry.
Hitungan David, jika nilai impor Indonesia sekitar US$ 15 miliar - US$ 17 miliar per bulan, maka cadangan devisa yang Indonesia miliki masih bisa membiayai impor hingga lebih dari enam bulan.
David sendiri yakin cadangan devisa akan menumpuk lagi hingga akhir tahun nanti. Apalagi, capital inflow belakangan sudah masuk kembali ke surat utang negara (SUN) dan pasar modal. Ia memprediksi, di ujung tahun ini, cadangan devisa bisa mencapai US$ 120 miliar.
Namun ini dengan catatan, kondisi ekonomi global tidak semakin memburuk. "Dengan begitu, kita bisa berharap ada limpahan dana lagi ke emerging market," tandas David.
Setali tiga uang, Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute mengatakan, tren penurunan cadangan devisa tidak akan berlangsung lama.
Cadangan devisa sekarang berkurang lebih lantaran tidak menentunya kondisi ekonomi dunia sehingga investor menarik dananya dari Indonesia. “Sebentar lagi juga arus modal itu akan masuk lagi,” kata Purbaya yakin.
Meski begitu, Destry tetap mengingatkan agar pemerintah dan bank sentral untuk tetap mewaspadai penurunan cadangan devisa ini.
Ia menilai, bisa saja tren penurunan ini akan berlangsung sampai dengan akhir tahun, seiring belum jelasnya penyelesaian krisis ekonomi Eropa.
Menurutnya, salah satu cara untuk mencegah tren penurunan cadangan devisa bisa dilakukan dengan mengendalikan impor. Destry bilang, impor barang- barang yang tidak perlu harus segera dibatasi. Impor harus dilakukan untuk barang- barang yang bisa menyokong pertumbuhan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News