Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Peneliti Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto akan tersingkir dari bursa pencalonan presiden 2014 jika terbentuk empat poros koalisi.
Empat poros koalisi yang dimaksud Yunarto adalah poros yang dipimpin PDI-Perjuangan, poros Partai Golkar, poros Gerindra, dan poros partai tengah yang dipimpin Demokrat.
"Kalau kemudian poros keempat koalisi ini benar-benar terjadi, bukan tidak mungkin yang paling dirugikan secara matematika politik, itu malah Prabowo dengan Gerindranya," kata Yunarto di Jakarta, Sabtu (26/4/2014).
Menurut Yunarto, saat ini Gerindra seperti terjebak dalam situasi yang mungkin membuat mereka kehilangan tiket mengajukan calon presiden. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang semula terlihat mendukung Gerindra, kini seolah sudah lepas. Secara implisit, lanjut Yunarto, PPP justru menunjukkan dukungannya kepada capres yang diajukan PDI-Perjuangan Joko Widodo.
"Jadi secara implisit saya membaca, ada arah kemungkinan besar PPP bergabung dengan Jokowi dan PDIP," tutur Yunarto.
Di samping itu, kata Yunarto, Golkar juga telah mendapatkan dukungan dari satu partai yang cukup besar. "Ada partai yang cukup besar tapi tetap menyatakan dirinya akan maju bersama Golkar," ucapnya.
Kekuatan lain yang mungkin terbentuk adalah poros koalisi partai tengah yang dipimpin Demokrat. Menurut Yunarto, kekuatan poros partai tengah ini tidak bisa diremehkan jika benar terbentuk. Meskipun demikian Yunarto menilai poros partai tengah ini sulit terbentuk.
DIa menyebutkan alasan sulitnya membentuk poros partai tengah ini lantaran tidak ada bakal calon presiden mumpuni yang bisa diusung Partai Demokrat. "Harus ada capres yang mumpuni yang dianggap bisa berpeluang besar menang melawan tiga capres lain dan itu tidak ada dalam sebelas nama peserta konvensi," katanya.
Masalah kedua, sebut Yunarto, sulitnya menyatukan ego dari sesama partai menengah yang masing-masing merasa dirinya sederajat. "Itu tidak mudah ketika koalisi terbangun di antara partai yang elektabilitasnya hampir mirip," sambung Yunarto.
Melihat situasi yang demikian, menurut Yunarto, Gerindra harus menyadari bahwa permainan belum selesai. Gerindra belum punya modal yang cukup untuk memimpin poros koalisi. Gerindra baru memiliki modal berupa capres yang elektabilitasnya cukup tinggi. Namun sebagai partai, kata Yunarto, Gerindra belum bisa disebut partai besar.
"Dia belum menjadi partai besar yang cukup aman secara matematika politik untuk menjadi pemimpin poros koalisi, dan itu sangat bisa dimainkan dalam game politik, bahkan sampai level paling ekstrim, mereka menjadi tidak lolos," tuturnya. (Icha Rastika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News