Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Timur Pradopo mengatakan pelaku teroris yang beraksi di Solo bukan jaringan baru. Polisi masih akan mendalami jaringan teroris ini.
Polisi sedang memeriksa saksi, barang bukti, sekaligus hasil pemeriksaan di laboratorium forensik. Menurut Timur, polisi juga terus mengembangkan berbagai keterangan atas kejadian yang akhir-akhir ini meresahkan warga Solo. "Tunggu saja hasilnya. Mudah-mudahan akan berkembang lebih baik," tutur Timur di Gedung DPR, Jakarta, Senin (3/9).
Menurut Timur, pengembangan kasus ini didapat dari pihak intelijen. Ini sekaligus membantah bahwa kemampuan intelijen Indonesia lemah karena kasus teror terus berulang baik di kota Solo maupun kota-kota lainnya di Indonesia.
Karenanya, lanjut Timur, pihaknya akan mulai mengaktifkan kembali, keamanan dan ketertiban yang melibatkan peran serta aktif masyarakat seperti Kamtibmas serta mengikut sertakan peranan tentara nasional Indonesia (TNI) serta dengan bantuan aparat terirorial. Hal ini, kata Timur, sebagai langkah antisipasi atas informasi intelijen.
Jumat (31/8) pekan lalu, Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88) menembak mati orang yang diduga terlibat aksi penembakan di Solo. Penembakan terjadi di Jalan Veteran 1, Tipes sekitar pukul 21.00 WIB.
Menurut penuturan sejumlah warga, dua orang pengendara motor berboncengan yang diduga jaringan teroris ditembaki dari arah belakang oleh sejumlah anggota Densus 88. Tak hanya sekali dua kali, bunyi letusan senjata terdengar berkali-kali. Dua orang tersebut langsung jatuh tersungkur bersimbah darah. Satu orang polisi tewas dalam penembakan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News