kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.514   71,00   0,43%
  • IDX 6.487   216,06   3,45%
  • KOMPAS100 943   35,77   3,94%
  • LQ45 732   28,86   4,10%
  • ISSI 202   4,80   2,44%
  • IDX30 380   15,27   4,19%
  • IDXHIDIV20 460   15,38   3,46%
  • IDX80 107   3,72   3,61%
  • IDXV30 111   2,65   2,46%
  • IDXQ30 125   4,63   3,86%

PHK Kembali Berlanjut, Dikhawatirkan Akhir 2025 atau Awal 2026 Terjadi Krisis


Minggu, 02 Maret 2025 / 17:31 WIB
PHK Kembali Berlanjut, Dikhawatirkan Akhir 2025 atau Awal 2026 Terjadi Krisis
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan produksi pakaian jadi di pabrik PT Kasih Karunia Sejati atau Emba Jeans, Malang, Jawa Timur, Jumat (5/7/2024). Pemerintah dinilai tak serius menangani persoalan lapangan kerja terlihat dari keluarnya izin impor tekstil yang izinkan produk China masuk.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pengamat Ketenagakerjaan Universtas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi mengatakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) marak terjadi sejak tahun lalu hingga awal tahun 2025 ini bakal berdampak pada perekonomian.

Menurut Tadjudin, PHK yang terjadi ini menunjukkan pemerintah tidak serius menangani persoalan di tengah masyarakat.

Hal ini terbukti dari keluarnya izin impor tekstil yang memperbolehkan produk China masuk sehingga memberangus produksi dalam negeri.

“Gara-gara impor tekstil, dan adanya pasar gelap tekstil masuk ke Indonesia, itu yang menyebabkan pabrik tekstil kemudian banyak gulung tikar,” ujarnya saat dihubungi KONTAN, Minggu (2/3).

Baca Juga: IHSG Berpeluang Lanjut Melemah di Awal Pekan Kedua Oktober, Cermati Saran Analis

Tadjudin mengungkapkan, barang-barang impor yang masuk itu menilik harga yang jauh lebih murah sehingga produk tekstil tanah air tanah tak mampu bersaing. Alhasil, perusahaan tak kuasa menahan beban hingga terjadilah PHK.

Menurutnya, kondisi PHK menjadi salah satu penyebab daya beli masyarakat menurun, di mana berdasarkan catatannya telah merosot sejak enam bulan lalu.

Di sisi lain, lanjut Tadjudin, kondisi politik Indonesia yang tak menentu, ditambah penegakan hukum yang tak serius apalagi banyak kasus korupsi, ini membuat investor berfikir kritis dalam membenamkan modalnya.

“Investor yang mempunyai pabrik di Indonesia itu mikir, ini kalau begini-begini terus ya mereka akan terancam. Dan kondisi politik kita terus tidak menentu seperti ini. Dan kebijakan-kebijakan kelihatannya banyak yang tidak masuk akal,” ungkapnya.

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah di Awal Pekan

Lebih lanjut, Tadjudin menambahkan, bila kondisi ini terus berlanjut dan tak ada perbaikan secara serius dari pemerintah, di khawatirkan pada akhir tahun 2025 hingga awal tahun 2026 Indonesia bakal mengalami krisis.

“Ini kalau tidak ada kebijakan yang segera bisa mengangkat situasi ini, ya akan berlanjut (PHK). Saya khawatir di akhir tahun 2025 atau di awal 2026, kita bisa mengalami krisis,” tandasnya.

Selanjutnya: Giliran Bos BCA Soroti Perilaku Influencer Saham

Menarik Dibaca: Jadwal Buka Puasa 2 Maret 2025 untuk Wilayah Jogja dan Sekitarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×