kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   15.000   0,79%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

Pertumbuhan industri pengolahan hanya 3,8% di 2019


Rabu, 05 Februari 2020 / 16:55 WIB
Pertumbuhan industri pengolahan hanya 3,8% di 2019
ILUSTRASI. Kepala BPS Suhariyanto dan jajaran BPS saat pemaparan neraca dagang Desember 2019 di Jakarta (15/1/2020).


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

Baca Juga: Kontribusi pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa terhadap PDB nasional capai 59%

Industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik juga mengalami kontraksi, yaitu tumbuh -0,51% yoy.

Hanya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, serta industri tekstil dan pakaian jadi yang mengalami pertumbuhan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yaitu masing-masing 8,48% dan 15,35% yoy.

“Industri pengolahan mengalami penurunan cukup tajam dan ini yang menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi 2019 hanya 5,02% karena peranan sektor ini sangat penting,” tutur Suhariyanto.

Baca Juga: PDB Indonesia tumbuh 5,02% sepanjang tahun 2019 lalu

Ia juga menerangkan bahwa perlambatan pertumbuhan industri pengolahan, terutama industri non-migas, sejatinya telah tecermin dari menurunnya impor bahan baku sepanjang tahun lalu yang mencapai 11,07% yoy.

“Ini pasti berpengaruh ketika bahan baku yang diimpor itu belum bisa disubstitusi. Itulah kenapa pemerintah berencana dan perlu untuk melakukan hilirisasi untuk memenuhi substitusi impor bahan baku tersebut,” tandas Suhariyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×