kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perry Warjiyo: BI sudah lakukan quantitative easing sebesar Rp 583,8 triliun


Selasa, 19 Mei 2020 / 15:53 WIB
Perry Warjiyo: BI sudah lakukan quantitative easing sebesar Rp 583,8 triliun
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam menjaga likuiditas di tengah wabah Covid-19, Bank Indonesia (BI) akan terus melakukan quantitative easing (QE). Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, hingga saat ini bank sentral telah melakukan QE hingga mencapai Rp 583,8 triliun. 

"Ini lebih besar dari angka yang kami sampaikan sebelumnya di bulan April 2020 yang sebesar Rp 503,8 triliun," kata Perry, Selasa (19/5) via video conference

Baca Juga: Ini sentimen yang membuat rupiah menguat 0,54% ke Rp 14.770 per dolar AS

Perry pun memerinci, QE yang dilakukan oleh bank sentral antara lain lewat pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder banyak Rp 166,2 triliun, penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah pada Januari 2020 - April 2020 sebesar Rp 53 triliun dan kemudian pada Mei 2020 ditambah hingga Rp 102 triliun.

"Demikian juga usaha-usaha lain, seperti swap valuta asing (valas). Ini merupakan fungsi BI sebagai bank sentral dalam melakukan injeksi likuiditas ke pasar keuangan dan perbankan," tambah Perry. 

Perry pun mengaku, bahwa guyuran dari bank sentral ini tak akan berarti banyak tanpa sentuhan kebijakan fiskal dari pemerintah dan peran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas perbankan dan lembaga keuangan. Untuk itu, sinergi yang kokoh dengan pemerintah dan OJK tentu sangat dibutuhkan agar sinergi kebijakan yang telah digelontorkan mampu dirasakan oleh sektor riil. 

Sejauh ini, pemerintah telah hadir lewat kebijakan fiskal untuk mendorong konsumsi masyarakat lewat program sosial. Apalagi, konsumsi masyarakat merupakan motor penggerak terbesar dalam pertumbuhan ekonomi domestik. Selain itu, pemerintah juga telah memberikan insentif fiskal dalam bidang perpajakan bagi dunia usaha untuk meringankan beban dunia usaha akibat belenggu Covid-19. 

Baca Juga: Gara-gara Covid-19, BI proyeksi ekonomi global kontraksi 2,2% di tahun ini

Tak ketinggalan, OJK juga telah menghelat program restrukturisasi kredit untuk meringankan dunia usaha dan pada saat yang sama, upaya ini mampu meringankan beban perbankan.

"Pokoknya dengan sinergi kebijakan fiskal untuk mendorong ekonomi lewat konsumsi rumah tangga, produksi, serta investasi. Lalu ditambah dengan kebijakan restrukturisasi kredit OJK, injeksi likuiditas lewat QE dari bank sentral ini akan dirasakan manfaatnya," tandas Perry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×