kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permasalahan masyarakat dinilai bisa jadi peluang bisnis bagi insan vokasi


Jumat, 05 November 2021 / 20:12 WIB
Permasalahan masyarakat dinilai bisa jadi peluang bisnis bagi insan vokasi
ILUSTRASI. Pendidikan dan Latihan (Diklat) vokasi


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lulusan perguruan tinggi vokasi di Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi social-entrepreneur.Segala permasalahan di masyarakat justru bisa menjadi peluang bisnis bagi lulusan vokasi yang dibekali ilmu kewirausahaan.  

Hal ini menjadi simpulan dalam webinar bertajuk Muda, Berkarya, dan Bermanfaat: Peluang Sivitas Vokasi dalam Sociopreneurship yang diselenggarakan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kamis (4/11).

Bentuk kewirausahaan makin beragam, termasuk social-entrepreneur (sociopreneur). Konsep sociopreneurship adalah menggabungkan konsep bisnis dengan isu sosial. Dengan banyaknya inspirasi dari sociopreneur muda yang sukses inilah diharapkan semakin banyak lulusan dari pendidikan vokasi yang berminat menjadi wirausaha sekaligus mampu menyelesaikan permasalahan sosial melalui keilmuan, keterampilan, serta kompetensi yang didapat selama menempuh studi.

Satu dari sekian contoh sociopreneurship adalah Digital Desa, sebuah platform yang membantu desa untuk melakukan transformasi digital di desa masing-masing. Dibangun sejak 2019, saat ini Digital Desa memiliki pengguna aktif sebanyak 429 desa terdaftar, 78 kabupaten, dan 6598 pengguna aplikasi. 

Baca Juga: Banjir masih merendam empat desa, 725 warga Kabupaten Melawi mengungsi

Hampir semua founder Digital Desa memang berasal dari desa. Permasalahan-permasalahan di desa mereka dapat bukan dari studi kasus yang dilakukan pihak lain, melainkan berdasarkan pengalaman anggota tim dalam kesehariannya, terutama dalam mendapatkan akses pelayanan publik. Digital Desa melihat digitalisasi adalah cara yang paling efisien dan sangat mudah diakses oleh masyarakat desa. 

“Digides hari ini berkutat di digitalisasi desa karena potensi yang ada adalah hampir 100 juta penduduk di desa punya literasi digital yang kurang, pelayanan publik banyak yang harus dibenahi,” ujar CEO Digital Desa Sidik Permana. 

Sidik menuturkan desa memiliki permasalahan dalam mengakses internet. Berdasarkan pengalamannya terjun ke desa, Sidik sering melihat warga desa harus mengakses internet di daerah-daerah yang rawan seperti jurang. "Warga di desa, walaupun tidak ada internet, tapi punya smartphone. Kita harus bantu perbaiki konten dan akses, desa akan mengeluarkan potensi-potensi yang sebelumnya tidak ada,” tutur Sidik. 

Kewirausahaan tidak sekadar mencari untung, tapi bisa menjawab permasalahan di masyarakat menurut Co-Founder & Partnership Director IDVolunteering Putri Agustina. Untuk menemukan ide di bidang siciopreneurship, maka lulusan vokasi harus memiliki empati terhadap masyarakat dan mewujudkan empatinya. “Kita masuk ke masyarakat. Dari situ kita bisa dapat ide untuk membuat usaha sosial,” kata dia.

Dalam membangun sociopreneurship, insan vokasi harus memiliki karakter pantang menyerah karena banyak tantangannya. Founder Dreamdelion dan Career Class Alia Noor Anoviar menuturkan saat membangun Dreamdelion, yayasan yang bergerak dalam bidang program pemberdayaan masyarakat, dia bisa saja menyerah jika mengikuti egonya. Selain pantang menyerah, insan vokasi juga harus memiliki karakter sabar. Menurut Alia kadang ada pihak yang perlu dibantu, tapi tidak mau dibantu. 

Baca Juga: Hadirkan CBD baru seluas 60 hektare, Modernland Realty gandeng investor internasional

“Buat kami, sangat menantang untuk bisa masuk ke masyarakat di satu tahun pertama. Mereka akan bertanya banyak hal. Apalagi kita mengawali Dreamdelion saat kami masih mahasiswa, mereka jadi mempertanyakan kami. Kita harus sabar terhadap bagaimana orang memandang kita,” tutur Alia. 

“Ketiga, kita harus kreatif dan supel. Ketika kita membangun program utk masyarakat hal yang terpenting adalah bisa melibatkan semua stakeholder agar mau bekerja sama dengan kita,” sambung Alia. 

Hasil survei nasional yang dilakukan oleh Direktorat Mitras DUDI terhadap perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi (PTPPV) tahun 2021 menyatakan mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun terakhir memiliki persepsi kampus mereka belum banyak menyediakan berbagai aktivitas kewirausahaan. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×