Reporter: Ghina Ghaliya Quddus, Handoyo | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Proses seleksi calon anggota Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin mengerucut. Kamis (9/3), panitia seleksi (Pansel) calon anggota DK OJK mulai menjalankan seleksi tahap IV, yakni wawancara terhadap 30 calon yang lolos.
Menurut jadwal, wawancara akan digelar hingga Sabtu (11/3). Pada gelombang pertama kemarin, ada 11 orang yang dijadwalkan menjalani sesi wawancara. Antara lain Firmanzah, Samsul Hidayat, Tirta Segara, Edy Setiadi, dan Riswinandi.
Firmanzah yang menjalani wawancara urutan pertama mengatakan, pertanyaan yang diajukan dalam sesi itu seputar isi makalah yang dibuat sebelumnya. Selain itu, "Terkait dengan pengalaman di industri keuangan, bagaimana OJK, tantangan ekonomi ke depan, bagaimana mengoptimalkan peran OJK, dan pertanyaan individu soal integritas, leadership, dan sebagainya," ujarnya usai menjalani sesi wawancara, kemarin.
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Nasional Demokrat Jhonny G Plate bilang, DPR menghormati proses seleksi yang digelar pansel. "Dari 30 nama yang lolos merupakan sosok yang kompeten dan hebat di bidangnya," katanya, Kamis (9/3).
Namun, Johnny menggarisbawahi, calon-calon yang dipilih nanti adalah yang mampu memaksimalkan peluang yang ada. Dalam lima tahun terakhir, OJK masih menekankan pada sektor perbankan, tapi belum banyak memperhatikan sektor non-bank.
Menurutnya, komisioner OJK yang baru nantinya juga harus mampu melanjutkan capaian yang telah dijalankan oleh pimpinan saat ini. Yang pasti, sosok komisioner OJK yang dibutuhkan adalah yang mengetahui seluk beluk sektor keuangan, tapi tidak hanya sekedar teori.
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menambahkan, sosok calon komisioner OJK harus mampu mencari terobosan kebijakan bidang perbankan. Calon yang menjadi pilihan DPR adalah yang mampu menyelesaikan persoalan makro hingga mikro. Komisioner OJK yang baru juga harus mampu memberantas praktik penipuan dan investasi bodong. "Perlu edukasi masyarakat, mengapa masih banyak yang tertipu," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News