kontan.co.id
banner langganan top
Sabtu, 31 Mei 2025 | : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.888.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%
  • EMAS 1.888.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%
  • EMAS 1.888.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Perkembangan Inovasi Industri RI Dinilai Bergerak Lambat Selama 3 Dekade Terakhir


Selasa, 06 Mei 2025 / 17:45 WIB
Perkembangan Inovasi Industri RI Dinilai Bergerak Lambat Selama 3 Dekade Terakhir
ILUSTRASI. Peserta pameran memperagakan fungsi mesin pemotong kayu di Pameran Komponen Manufaktur Furnitur Internasional (IFMAC) dan Pameran Mesin Pengerjaan Kayu (WOODMAC) 2024, JIEXPO, Kemayoran, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Indonesia masih jauh tertinggal di belakang banyak negara Asia lainnya dalam bidang inovasi industri selama lebih dari tiga dekade sejak 1990.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indonesia masih jauh tertinggal di belakang banyak negara Asia lainnya dalam bidang inovasi industri selama lebih dari tiga dekade sejak 1990.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menyampaikan, ketertinggalan Indonesia dibandingkan negara-negara Asia lainnya adalah terkait kemajuan produksi industri, dimana banyak negara Asia yang sudah bergerak memproduksi dan mengekspor produk manufaktur dengan lebih canggih dan menghasikan unique product.

Karena itu, negara-negara Asia ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kualitas hidup jutaan warganya.

Baca Juga: Tingkatkan Kreativitas Generasi Muda,Kemenperin Dukung Inovasi Industri KosmetikLokal

Di sisi lain, posisi Indonesia dalam inovasi industrinya masih bergerak lambat meskipun telah melakukan beberapa kemajuan. Namun David menyebut kemajuan tersebut sejak tahun 1990 belum setranformatif negara-negara Asia lainnya seperti Vietnam, bahkan Kamboja.

Menurut David, produk ekspor utama Indonesia sampai saat ini utamanya didorong oleh komoditas, seperti batubara, minyak kelapa sawit, besi dan nikel.

Meskipun komoditas-komoditas ini memberikan keuntungan yang signifikan bagi negara, namun rendahnya kompleksitas dalam memproduksi komoditas tersebut tidak memaksa Indonesia untuk berinovasi. 

"Ketergantungan ini menghambat kemampuan kita untuk bergerak mengikuti perubahan global dan membangun ekonomi berpenghasilan tinggi yang lebih Tangguh," ungkap David dalam agenda 2nd Innovation Summit Southeast Asia and Premier Launch of The 2025 Trade Barrier Index di Jakarta, Selasa (6/5).

2nd Innovation Summit Southeast Asia

Baca Juga: Kawan Lama Solution Adakan Lomba Forklift Hero di Manufacturing Indonesia 2024

Pemerintah telah menetapkan arah strategis untuk meningkatkan industrialisasi. Namun, jalur tersebut, khususnya menuju manufaktur bernilai tinggi, dan penuh tantangan.

Hal ini memerlukan upaya mengatasi hambatan signifikan dalam perlindungan kekayaan intelektual, iklim investasi, kualitas pendidikan, dan penerjemahan penelitian. 

Untuk itu, Indonesia perlu menggabungkan fokus strategis, mengatasi hambatan sistemik, membina ekosistem inovasi sejati, dan belajar dari keberhasilan yang relevan seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura, Indonesia dapat meningkatkan basis industrinya dan mendorong masa depan ekonominya.

Beberapa upaya yang dilakukan adalah melalui kebijakan hilirisasi yang telah diperluas, sehingga tidak hanya melibatkan pada produk pertambangan, tetapi juga produk pertanian dan perikanan.

Baca Juga: Punya Potensi Besar, Indonesia Disebut Bisa Menjadi Raja Industri Pulp dan Kertas

Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menciptakan keterkaitan ke depannya, misalnya dari sektor manufaktur makanan dan bahan bakar nabati dalam negeri, yang juga sangat penting dalam keberhasilan pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi dalam negeri yang merupakan dua pilar Utama dari strategi pemerintah.

Pilar kedua yang tidak kalah penting adalah dukungan pemerintah untuk memperkuat kapasitas industri dasar di berbagai bidang, seperti komoditas besi dan baja, yang merupakan blok bangunan penting bagi perluasan industri dasar dan akan membantu kebijakan substitusi impor pemerintah sekaligus memperkuat pangsa ekspor global Indonesia dalam barang-barang industri ini. 

"Ini adalah jalan paling ambisius dengan menargetkan teknologi canggih dan penelitian di sektor-sektor intensif seperti farmasi, elektronik, dan manufaktur berbiaya rendah. Untuk itu pemerintah membutuhkan strategi dan kemampuan inovasi yang signifikan dalam menjalankan target ambisius tesebut," terang David

Lebih lanjut David menyebut, pemerintah dapat memulai dari kontrol bahan baku dengan menyoroti keunggulan manufaktur Indonesia dibandingkan negara lainnya.

Baca Juga: Punya Potensi Besar, Indonesia Disebut Bisa Menjadi Raja Industri Pulp dan Kertas

Produk-produk input industri dasar Indonesia selama ini merupakan produk yang tidak tergolong rumit produksinya seperti contoh produk tembaga, hal ini perlu digerakkan pada produk-produk yang memiliki indeks kompleksitas yang jauh lebih tinggi dengan produksinya yang rumit seperti pembuatan chip dan baterai lithium ion untuk kendaraan listrik agar dapat membawa Indonesia ke tengah rantai pasok.

Indonesia dinilai tidak memiliki kapasitas manufaktur yang dibutuhkan untuk mendukung industri ini. Salah satu hambatannya adalah terkait dengan kualitas penelitian di dalam negeri yang tidak mendalam.

Di saat negara-negara besar menawarkan beberapa pelajaran penting, sayangnya Indonesia tidak memiliki keterampilan bersaing. 

Padahal negara tetangga seperti Malaysia berhasil menaklukan tantangan menjadi inovasi, melalui peningkatan keterampilan dan transisi industri yang bisa dilihat pada industri semikonduktornya, dimana Malaysia memimpin di Asia Tenggara dengan pangsa pasar 8,7% dari ekspor semikonduktor global pada tahun 2023 di tengah momentum revolusi AI global.

Malaysia tentu saja mengandalkan investasi asing untuk membangun industri chip, sebuah kebijakan yang coba ditiru oleh Indonesia saat ini. Malaysia juga menawarkan paket insentif pajak untuk memikat produsen asing, yang juga dilakukan Indonesia, meskipun dengan hasil yang berbeda.

Baca Juga: Pengusaha Khawatir Industri Elektronik Lokal Redup Dihantam Produk Impor dari China

Sementara itu Singapura juga secara selektif memberikan beasiswa untuk para teknisi di sejumlah sektor dengan tujuan mengakomodasi pembangunan pengetahuan dan mengembangkan penelitian seperti di industri farmasi.

Singapura juga mendorong pendekatan triple helix yang kuat untuk membangun eksoistem inovasinya, dengan mengintegrasikan secara erat hubungan antara pemerintah, industri, dan universitas untuk penelitian yang siap menghasilkan produk pasar.

Di sisi lain, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam membangun Sumber Daya Manusia untuk mendorong inovasi dan ekonomi, dimana masih ada hambatan dalam memperluas investasi pada penelitian dan inovasi di sektor pendidikan.

Mengutip data LPDP yang menunjukkan bahwa rasio hibah penelitian terhadap pendanaan beasiswa turun dari 20% pada tahun 2020 menjadi hanya 2,1% pada tahun 2023.

Baca Juga: Harga Logam Industri Menguat Sebulan Terakhir, Begini Prospek Hingga Akhir Tahun

“Kita mendanai pendidikan tetapi tidak secara efektif menerjemahkannya menjadi ekosistem penelitian dan inovasi yang kuat. Sementara negara-negara ekonomi besar menawarkan beberapa pembelajaran, Indonesia sayangnya tidak memiliki keterampilan untuk bersaing dengan mereka,” ujar David.

David lebih lanjut menyoroti negara tetangga Indonesia di Asia Tenggara, yakni Malaysia, Thailand dan Singapura yang dinilai telah berhasil menavigasi jalur yang menantang menuju inovasi, peningkatan keterampilan, dan transisi industri.

“Meskipun ada jalur yang berbeda, ketiga contoh ini memiliki tema umum berupa kebijakan yang berorientasi pada pasar, pengembangan sumber daya manusia yang relevan, integrasi strategis lintas batas, dan pemanfaatan dinamika global,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×