Reporter: Abdul Basith | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) telah masuk tahap akhir. Perjanjian tersebut ditargetkan dapat selesai pada tahun 2018. Setelah beberapa kali pertemuan, kata sepakat semakin terbuka.
Saat ini pembuatan teks perjanjian sedang dirampungkan oleh kedua negara. "Ini buat saya sudah putaran final, IA-CEPA saya kira teks perjanjian sudah sekitar 85%," ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (Dirjen PPI) Iman Pambagyo akhir pekan lalu.
Iman bilang saat ini masih dilakukan perundingan untuk waktu penerapan post tarif. Waktu tersebut akan menentukan kapan post tarif dapat berlaku bagi kedua negara.
Selain IA-CEPA, Indonesia juga sedang mengupayakan perjanjian Europe Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU-CEPA). EU-CEPA yang yang telah masuk putaran kelima berjalan produktif.
Meski belum tertuang dalam teks, Iman bilang, telah terdapat penyampaian penawaran awal untuk tarif. Indonesia menargetkan dapat mencapai penawaran 95% post tarif dari Indonesia tereliminasi. "Kita lihat produk apa yang belum diminta oleh EU tapi menjadi potensial bagi Indonesia," terang Iman.
Iman yakin masih terdapat ruang untuk diskusi antara Indonesia dengan EU. Meski begitu, berbeda dengan IA-CEPA, perundingan EU-CEPA belum dapat ditargetkan selesai pada tahun 2018.
"Perjanjian yang selesai tahun ini IA-CEPA kalau EU-CEPA belum," jelas Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta W Kamdani kepada Kontan.co.id.
Perundingan IA-CEPA dinilai berdampak positif bagi Indonesia. Shinta bilang, IA-CEPA akan memperbaiki akses pasar baik produk maupun services serta meningkatkan investasi.
Asal tahu saja saat ini perdagangan Indonesia dengan Australia masih mengalami defisit. Namun, defisit tersebut semakin tergerus akibat kinerja ekspor yang bertumbuh. Defisit perdagangan Indonesia dengan Australia pada triwulan I 2018 sebesar US$ 757,9 juta. Angka tersebut turun 3,7% dari periode yang tahun 2017 yang sebesar US$ 787 juta.
Selain menyasar pasar besar, Indonesia juga terus mengembangkan pasar baru. Indonesia mendorong Preferential Trade Agreement (PTA) dengan negara di Afrika. Terdapat empat negara yang disiapkan untuk PTA yaitu Mozambik, Maroko, Tunisia, dan Bangladesh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News