kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.587.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.370   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.155   47,14   0,66%
  • KOMPAS100 1.057   5,10   0,48%
  • LQ45 832   4,41   0,53%
  • ISSI 214   1,71   0,81%
  • IDX30 429   2,76   0,65%
  • IDXHIDIV20 512   2,62   0,51%
  • IDX80 121   0,63   0,53%
  • IDXV30 124   0,17   0,14%
  • IDXQ30 141   0,95   0,68%

Peringatan IMF, Kebijakan Trump Bisa Meningkatkan Biaya Utang Negara Berkembang


Minggu, 19 Januari 2025 / 12:50 WIB
Peringatan IMF, Kebijakan Trump Bisa Meningkatkan Biaya Utang Negara Berkembang
ILUSTRASI. Dana Moneter International (IMF) mengingatkan, kebijakan baru yang mungkin diambil pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump bisa membawa dampak besar bagi perekonomian global.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dana Moneter International (IMF) mengingatkan, kebijakan baru yang mungkin diambil pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump bisa membawa dampak besar bagi perekonomian global.

Konselor Ekonomi dan Direktur Departemen Penelitian IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan, meskipun kebijakan ini dapat memberikan dorongan ekonomi jangka pendek, ada risiko inflasi tinggi dan tekanan keuangan yang harus diwaspadai.

Gourinchas menjelaskan pemerintah AS kemungkinan akan mengelurkan kebijakan seperti stimulus tambahan atau deregulasi. Kebijakan ini bisa meningkatkan kegiatan ekonomi dan mendorong pertumbuhan dalam waktu dekat.

Baca Juga: Donald Trump Kembali ke Gedung Putih dengan Kekuatan Lebih Besar

Hanya saja, efek sampingnya adalah kenaikan harga barang dan jasa yang lebih tinggi dari yang direncanakan.

"Hal ini akan meningkatkan output dan inflasi dalam waktu dekat," ujar Gourinchas dalam acara peluncuran World Economic Outlook Januari 2025, Jumat (17/1).

Selain itu, kebijakan lain seperti kenaikan tarif perdagangan atau pembatasan migrasi dapat menghambat kapasitas produksi di AS. Meski efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi cenderung negatif, langkah ini tetap bisa mendorong kenaikan harga karena pasokan barang jadi lebih terbatas.

Inflasi yang lebih tinggi di AS bisa memaksa bank sentralnya, Federal Reserve (The Fed), untuk menunda rencana menurunkan suku bunganya.

Baca Juga: Defisit AS Melonjak, Diperkirakan Tembus US$2,8 Triliun pada 2025

Hal ini akan membuat dolar AS semakin kuat, yang berarti negara-negara berkembang akan menghadapi biaya utang lebih tinggu karena banyak utang mereka yang menggunakan dolar.

"Kebijakan ini juga kemungkinan akan memperkuat dolar dan memperketat kondisi keuangan di tempat lain, terutama untuk pasar berkembang dan negara-negara ekonomi berkembang," katanya.

Selanjutnya: Bidik Pertumbuhan Signifikan, Ini Rencana DFI Retail Nusantara (HERO) pada 2025

Menarik Dibaca: The Ritz-Carlton Bali Sambut Tahun Baru Imlek dengan Acara Kuliner

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×