Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) menggelar Regional Comprehensive Economic Partnership Trade Negotiating Committee (RCEP-TNC) Intersessional Meeting, di Jakarta, Senin (27/10) kemarin. Pertemuan tersebut digelar untuk menyatukan visi bidang perdagangan antar enam belas negara, yaitu antara anggota ASEAN dengan Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kemdag, Bachrul Chairi menjelaskan, pertemuan sela ini digelar guna mensukseskan pertemuan Regional Comprehensive Economic (RCE) di India pada Desember mendatang. "RCE ini untuk mengarah ke perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) antara negara ASEAN dengan enam negara lainnya," ujar Bachrul, kemarin.
Kesepakatan dengan enam belas negara peserta pertemuan ini sangat strategis. "Kita lihat dari kekuatan pasar, ASEAN memiliki 600 juta penduduk, digabungkan menjadi 16 negara akan memiliki 3,4 miliar penduduk, kekuatan ekonomi US$ 21,6 triliun atau 30% dari Gross Domestic Product (GDP) global. Jika ASEAN sendiri, kekuatan ekonominya hanya 4% dari GDP atau US$ 2,6 triliun," tandasnya.
Dia menyatakan, sekitar 60% dari ekspor Indonesia ditujukan ke negara anggota RCE dan 58% impor juga berasal dari negara RCE.
Bachrul mengakui dalam melakukan FTA ini ditemukan banyak hambatan, terutama menyangkut pembentukan kesepakatan perundingan barang, jasa, dan investasi. Sejauh ini bahan-bahan kesepakatan yang akan dikerjasamakan belum disetujui. Lewat pertemuan awal ini semua negara akan menjajaki kemungkinan kerjasamanya.
Ekonom Indef, Ahmad Erani Yustika bilang kerjasama perdagangan ini harus dikaji lebih dalam pengaruhnya bagi Indonesia. Tidak tepat mengumbar liberalisasi perdagangan dengan negara lain sementara daya saing dalam negeri belum optimal dan hasilnya Indonesia hanya menjadi ladang keuntungan negara lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News