kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.054   70,31   1,01%
  • KOMPAS100 1.055   14,74   1,42%
  • LQ45 829   12,18   1,49%
  • ISSI 214   1,21   0,57%
  • IDX30 423   6,92   1,66%
  • IDXHIDIV20 509   7,37   1,47%
  • IDX80 120   1,71   1,44%
  • IDXV30 125   0,84   0,68%
  • IDXQ30 141   1,97   1,42%

Penyebab pelamahan rupiah versi Bank Indonesia


Jumat, 07 Juli 2017 / 16:57 WIB
Penyebab pelamahan rupiah versi Bank Indonesia


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah setelah perdagangan dibuka kembali Senin (3/7) lalu setelah libur Lebaran. Pelemahan kurs rupiah bahkan terjadi cukup signifikan hingga hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah Senin lalu melemah ke level Rp 13.368 per dollar AS dan terus melemah hingga hari ini tembus ke level Rp 13.405 per dollar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah Senin lalu berada di level Rp 13.325 per dollar AS. Sementara hari ini, kurs rupiah di hadapan mata uang Negeri Paman Sam tersebut berada di level Rp 13.397 per dollar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, ekonomi global saat ini masih diliputi ketidakpastian. Pertama, kondisi ekonomi AS terus membaik, tetapi masih ada ketidakpastian dari rencana kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan satu kali lagi di tahun ini.

"Di 2015 tingkat bunga The Fed 0%-0,25%, sekarang sudah 1%-1,25%. Jadi lima kali lebih tinggi dibanding 2015," kata Agus, Jumat (7/7).

Tak hanya itu, The Fed juga diperkirakan akan menaikkan kembali suku bunganya dua hingga tiga kali di tahun depan yang akan berdampak pada dana-dana berbasis dollar.

Di sisi lain, The Fed juga berencana mengurangi neracanya mulai akhir tahun ini. Pengurangan tersebut akan berdampak pada pengetatan kebijakan.

Kedua, harga minyak mentah internasional yang kembali turun. Hal ini dipengaruhi oleh pemerintah Rusia yang tidak mau menurunkan produksi minyak mentahnya lebih jauh.

Ketiga, kondisi ketidakpastian dari aspek geopolitik, terutama yang terjadi di Semenanjung Korea. "Di Timur Tengah juga sedang ada selisih," tambahnya.

Oleh karena itu lanjut dia, saat ini ada kecenderungan dollar AS mengalami penguatan terhadap mata uang negara-negara lainnya. "Dana mengalir ke safe country yaitu AS dan mata uangnya menguat sehingga mata uang yang lain melemah termasuk rupiah," kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×