kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,72   3,97   0.44%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan GWM bank belum berefek langsung


Selasa, 01 Desember 2015 / 20:48 WIB
Penurunan GWM bank belum berefek langsung


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Mulai hari ini, Selasa (1/12) Bank Indonesia resmi memberlakukan giro wajib minimum (GWM) primer bank sebesar 7,5% terhadap jumlah dana pihak ketiga (DPK). Batas GWM ini lebih rendah dari sebelumnya yang sebesar 8%.

Catatan saja, saat ini jumlah DPK per September 2015 sebesar Rp 4.464 triliun. Dengan diturunkannya batas GWM primer, artinya jumlah dana perbankan minimal yang harus disimpan di BI lebih rendah.

Dengan begitu, perbankan memiliki ruang yang lebih luas untuk menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Keputusan atas kebijakan ini yang dikeluarkan BI pada pertengahan November lalu ini resmi berlaku bulan Desember.

Menurut Direktur Moneter pada Economic and Monetary Policy Departement, Solikin M. Juhro, kebijakan ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan GWM primer yang lebih kecil perbankan akan terdorong untuk menurunkan suku bunganya.

"Nah, dengan suku bunga kredit yang lebih rendah akan meningkatkan permintaan akan kredit," kata Solikin, Selasa (1/12) di Jakarta.

Kredit yang terserap di masyarakat diharapkan akan mendorong aktivitas ekonomi. Dengan begitu, produktivitas nasional akan lebih baik, yang tercermin dalam pertumbuhan ekonomi.

Namun, dampak dari kebijakan ini tidak akan dirasakan dalam jangka pendek atau dalam rentang satu-dua bulan ke depan. Kebijakan ini paling tidak akan memberikan dampak setidaknya dalam empat bulan ke depan.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 4,7%-5,1% dan untuk tahun 2016 diperkirakan akan berada dalam rentang 5,2%-5,6%. Sementara peemrintah dalam APBN 2016 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%.

Direktur INDEF Enny Sruhartati menilai kebijakan BI bisa menstimulus konsumsi kredit. Ia melihat kebijakan ini dikeluarkan karena BI tidak bisa menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate.

Jika ingin mendorong pertumbuhan elbih besar BI sebaiknya menurunkan BI rate. Namun risikonya masih sangat riskan jika BI rate turun, hal ini terkait gejolak ekonomi global, yang masih tersandera kebijakan suku bunga The Fed.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×