Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan penjualan eceran pada Juni 2022 menurun bila dibandingkan bulan sebelumnya. Ini terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2022 yang sebesar 229,1 atau menurun dari 234,1 pada bulan sebelumnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira melihat, penurunan penjualan eceran pada bulan Juni 2022 ini tak lepas dari beberapa peningkatan harga yang terjadi sehingga memengaruhi psikologis masyarakat untuk berbelanja.
Bhima menjelaskan, saat ini ada penyesuaian harga di tingkat produsen karena peningkatan harga bahan baku dan barang operasional, terutama yang diimpor. Ini tak lain tak bukan sebab dari gangguan rantai pasok di negara asal akibat ketidakpastian global.
“Nah, mulai peningkatan harga kemudian diteruskan pada masyarakat sehingga masyarakat melakukan rem untuk berbelanja lebih banyak lagi,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (11/7).
Baca Juga: Penjualan Eceran Turun pada Juni 2022
Bhima melihat, masyarakat lebih mengantisipasi dampak harga yang naik, seperti harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, LPG, dan penyesuaian tarif listrik. Dengan demikian, masyarakat terutama kelas menengah atas akan mulai mengerem dalam berbelanja.
Ke depan, Bhima meyakini penjualan eceran akan fluktuatif, tetapi cenderung menurun. Selain masyarakat mewaspadai terkait inflasi, ada juga kekhawatiran terkait tren peningkatan suku bunga yang bakal memengaruhi suku bunga kredit konsumsi.
“Apalagi kalau suku bunga naiknya bisa 3 kali hingga 4 kali, maka tren peningkatan suku bunga ini akan memengaruhi kredit konsumsi dan akan memengaruhi pembelian barang-barang ritel di pasar,” tambah Bhima.
Selain itu, Bhima menduga masyarakat masih akan menahan konsumsi karena khawatir akan perkembangan pandemi Covid-19 yang akhir-akhir ini meningkat pesat. Masyarakat lebih khawatir akan lonjakan varian baru dan kemungkinan pembatasan mobilitas.
Baca Juga: Home Credit Genjot Pembiayaan untuk Beragam Kebutuhan Didukung 22.000 Mitra Toko
Bila nantinya pembatasan mobilitas kemudian meningkat, maka bisa saja memengaruhi mobilitas dan kunjungan masyarakat ke toko ritel dan muaranya ke konsumsi rumah tangga yang melambat pada paruh kedua tahun ini.