Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan, UU Cipta Kerja tidak bisa menjadi satu-satunya instrumen untuk meningkat iklim usaha investasi berbasis industri kreatif.
Ini lantaran implementasi UU Cipta Kerja tidak terlepas dari masalah transisi, masalah konstitusi dan masalah keseragaman layanan di berbagai daerah di Indonesia.
“Apalagi dengan kenyataan bahwa kita masih sekarang ada perbaikan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang juga masih dituntut untuk melakukan revisi,” ujar Shinta dalam acara Law and Regulations Outlook 2022 “Recovery in Business and Investment”, Rabu (16/2).
Selain itu, UU Cipta Kerja tidak bisa meningkatkan efisiensi komponen biaya di Indonesia.
Baca Juga: Peringkat Utang Tetap Investment Grade, Prospek Ekonomi RI Makin Baik
Shinta menambahkan, berbagai komponen biaya usaha di Indonesia merupakan yang termahal di antara negara-negara ASEAN, sehingga men-discourage ekspansi di kegiatan usaha, utamanya investasi padat karya.
Sebagai informasi, tren investasi Indonesia sudah beralih ke padat modal sejak tahun 2013. Tren ini akan semakin meningkat di 2021 dan seterusnya karena percepatan adopsi teknologi industri pasca pandemi.
Tanpa breakthrough pada perbaikan daya saing iklim usaha dan investasi nasional, tren ini akan menyulitkan penciptaan lapangan kerja dan menambah beban pemulihan ekonomi nasional.
Baca Juga: Airlanga Optimistis UU Cipta Kerja akan Ciptakan Iklim Investasi Baik di 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
