Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kendati sudah diklarifikasi oleh Menteri Perindustrian, Saleh Husen bahwa kerjasama dengan Proton adalah business to business dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (Adiperkasa), namun hal tersebut masih menyisakan pertanyaan apakah ke depan kerja sama tersebut bakal menjadi proyek mobil nasional (mobnas).
Hal demikian disampaikan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, dihubungi Kompas.com, Minggu (8/2).
Menurut Enny, kalaupun ke depan kerja sama tersebut bakal dijadikan proyek mobnas, tentunya pemerintah harus mengikutsertakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Mestinya adalah BUMN, diutamakan BUMN. Karena kalau bukan mobnas, terserah (mau privat). Tapi kalau kerja sama ini cikal akal mobnas, tentunya harus ada BUMN,” ucap Enny.
Lebih lanjut dia bilang, BUMN yang bisa digandeng adalah yang berhubungan dengan otomotif, atau industri hulunya seperti industri baja. Dalam hal ini, sambung Enny, PT Krakatau Steel juga bisa ikut masuk membuat komponen kendaraan bermotor yang diproduksi.
Menurut Enny, hal tersebut bisa membantu BUMN kembali pada core business-nya. Selain itu dia bilang, pemerintah juga bisa memanfaatkan pelarangan ekspor mineral mentah, sebab industri baja domestik akan lebih banyak menyerap.
Senada, Ketua Komisi VI DPR-RI Achmad Hafizs Tohir menegaskan, jika Indonesia ingin memiliki industri otomotif yang andal, maka negara harus hadir dalam rupa BUMN.
“It’s a must.. (harus gandeng BUMN),” ucap Tohir kepada Kompas.com, Minggu.
“Kita ada industri aluminium, ada industri baja, ada industri karet, logam, plastik. Semua harus disinergikan demi mobnas,” ucap Tohir. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News