kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Peneriman turun, Gappri minta tarif cukai tak naik


Kamis, 21 Juli 2016 / 09:24 WIB
Peneriman turun, Gappri minta tarif cukai tak naik


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Penerimaan cukai pada semester I-2016 mengalami penurunan sebesar 27,26% atau hanya menjadi Rp 43,72 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 58,30 triliun. Meski penurunan tersebut cukup dalam, Direktorat Jenderal Bea Cukai diminta untuk tidak panik dan tidak mengeluarkan kebijakan yang kontraproduktif untuk kembali menggenjot pemasukan cukai.

Seperti diketahui, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai kembali memberi sinyal bahwa kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) akan dipercepat, menyusul kenaikan target penerimaan cukai hasil tembakau dalam APBNP 2016 menjadi sebesar Rp 141,7 triliun.

Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) H Ismanu Soemiran mengatakan, percepatan kenaikan cukai tersebut bisa memperburuk bagi pemasukan cukai dan juga industri tembakau.  Sebab, kata dia, penuruan cukai yang terjadi di semester pertama ini masih sesuai dengan asumsi perhitungan industri.

"Tidak perlu mengadakan kebijakan yang ekstrim, seperti dengan bahasa percepatan dan sebagainya, karena industri tembakau sudah menghitung, target cukai akan tercapai sesuai APBNP. Yang harus dijaga itu volume jangan sampai turun," ujarnya, Rabu (20/7). 

Ismanu mengatakan bahwa  penerimaan pemerintah dari CHT mengalami penurunan itu karena uangnya sudah diambil terlebih dulu di tahun lalu sesuai titah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20 Tahun 2015 yang mewajibkan industri untuk membayarkan cukai di tahun berjalan. Sehingga efeknya, di Januari setoran kosong. 

Secara umum, kata Ismanu, industri tembakau saat ini masih lemah, belum stabil. Namun, struktur industri akan berubah dari Sigaret Kretek Tangan ke Sigaret Kretek Mesin. Pergeseran inilah yang pada akhirnya akan ikut mengerek penerimaan negara karena cukai SKM lebih tinggi ketimbang SKT. 

"Ada pergeseran dari SKT ke SKM di pasar, kan, tarif cukainya lebih tinggi sehingga otomatis nanti ada tambahan," katanya. 

Menurut hitungan industri tembakau, siklus pasar bagus akan terjadi pada kuartal ke empat. Saat ini tren peak pun sudah mulai terasa. Paling buruk dalam hitungan industri, penerimaan cukai hanya akan turun sekitar 0,5-0,1% saja. 

Ismanu mengingatkan, kekhawatiran target penerimaan cukai tidak tercapai bukan dengan menambah beban terhadap industri, tetapi harus menyehatkan industri agar volume tercapai. 

Ismanu memberi contoh, ketika produksi menurun di Malaysia, pemerintahnya menaikkan cukai hingga 33%. Dan yang terjadi kemudian industrinya malah benar-benar rontok. Selain pendapatan tidak tercapai, di tahun-tahun berikutnya banyak industri berguguran, dan sulit kembali lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×