Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Penurunan harga komoditas global masih berdampak pada penerimaan pajak perdagangan internasional, khususnya bea keluar. Hingga kuartal I 2013 realisasi penerimaan bea keluar baru Rp 3,6 triliun atau 11,3% dari target APBN 2013 yang sebesar Rp 31,7 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu realisasi penerimaan bea keluar sudah mencapai 28,9% dari targetnya.
Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Rofyanto Kurniawan mengungkapkan salah satu penyebab rendahnya penerimaan bea keluar pada kuartal I tahun ini adalah harga minyak sawit mentah (CPO) pada kuartal I tahun ini lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun 2012.
"Tarif (BK CPO) pada 2012 rata-rata 15%, tapi ternyata pada Januari 2013 tarif BK hanya 7%, Februari 9% dan Maret 10,5%. Jadi, dari sisi tarif saja masih di bawah 2012," ujarnya akhir pekan lalu.
Menurutnya, jika harga komoditas tak pulih secara signifikan, kemungkinan penerimaan bea keluar tak akan lebih rendah dari target yang dipatok. Di luar itu, rendahnya penerimaan bea keluar juga disebabkan karena tren ekspor mineral yang belum meningkat, sehingga penerimaan bea keluar mineral masih minim. Rofyanto bilang, ekspor mineral biasanya baru akan meningkat di kuartal II setiap tahun, yaitu sekitar bulan Mei.
Hanya saja, Rofyanto berharap penurunan penerimaan bea keluar bisa dikompensasi dengan kenaikan penerimaan bea masuk. Sehingga secara keseluruhan penerimaan dari perdagangan internasional bisa tercapai.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan, per kuartal 1 2013 penerimaan bea masuk sebesar Rp 6,6 triliun atau 24,6% dari target APBN 2013 yang sebesar Rp 27 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, realisasi bea masuk sebesar 27,4% dari targetnya.
Dengan penerimaan bea masuk sebesar ini, maka total realisasi penerimaan pajak perdagangan internasional per kuartal I 2013 sebesar Rp 10,2 triliun atau 17,4% dari target APBN 2013 yang sebesar Rp 58,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News