Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Lucky Alfirman, mengatakan, penerbitan Surat Berharga Negara valuta asing (valas) di kuartal II 2022 masih akan dihadapkan pada sejumlah risiko domestik maupun global.
“Dinamika tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan Fed Fund Rate dan dampaknya terhadap yield SBN, dan isu geopolitik,” tutur Luky kepada Kontan.co.id, Rabu (22/3).
Oleh karena itu, menurutnya, penerbitan SBN oleh Pemerintah akan dilakukan secara terukur dan penuh kehati-hatian melalui skema penerbitan di dalam negeri dan pasar global.
Baca Juga: Pemerintah Ubah Mekanisme Penjualan dan Buyback SBSN Valas
Selain melihat kacamata penerbitan yang tepat, Luky bilang, pemerintah juga akan mempertimbangkan kebutuhan valas untuk pengeluaran belanja, pembiayaan serta ketersediaan kas valas.
Penerbitan SBN valas secara umum dalam pipeline Pemerintah adalah Surat Utang Negara (SUN) valas termasuk Sustainable Development Goals (SDG) Bonds, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), valas termasuk Green Sukuk, serta Samurai Bonds.
Teranyar, pemerintah telah menerbitkan SUN valas atau Global Bonds pertama pada tahun ini, dengan total sebesar US$ 1,75 Miliar.
Baca Juga: Tahun depan, pemerintah akan terbitkan SBN ritel Rp 100 triliun
Transaksi penerbitan SUN tersebut, dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun dalam mata uang Dollar Amerika Serikat serta dalam format SEC-Registered Shelf Take-Down.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News