Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Masalah kekurangan gizi masih harus menjadi agenda utama yang dituntaskan pemerintah. Salah satu yang paling tinggi adalah angka prevelensi stunting nasional. Pada 2013 jumlahnya sudah mencapai 37,2%, naik dari tahun 2010 yang 35,6%.
Stunting atau tinggi badan dibawah standar disebabkan karena kurangnya asupan gizi pada anak dalam waktu yang cukup lama dan infeksi berulang kali.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak yang mengalami stunting, lebih dari sepertiga anak berusia dibawah lima tahun di Indonesia tingginya dibawah rata-rata.
Minarto, dari Millennium Challenge Account (MCA) Indonesia mengungkapkan stunting sudah menjadi isu dunia. Hingga saat ini informasi tentang stunting masih minim di masyarakat.
“Jika jumlah anak di Indonesia jumlahnya 24 juta, maka yang mengalami stunting sekitar 37% atau 8 juta anak” ujarnya melalui keterangan pers Sabtu (24/1).
Penyebab stunting
Minarto menambahkan bahwa stunting terjadi pada saat anak berada dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Penelitian yang dilakukan oleh MCA dari 10 provinsi, penyebab stunting diantaranya sebanyak 55% Ibu tidak memberikan ASI secara ekslusif selama enam bulan pertama, sebanyak 62% anak berusia 6-23 bulan hanya mengkonsumsi 1-2 jenis makanan saja (sereal dan sayuran), dan penyebab lainnya sekitar 20% sumber air minum keluarga adalah sumur yang tidak terjaga kebersihannya.
Dampak dari stunting menurut Minarto adalah pertama pertumbuhan fisik yang akan terhambat, Kedua stunting selalu diikuti dengan gangguan kognitif, Ketiga anak yang menderita stunting cenderung gemuk, dan keempat anak akan rawan terserang penyakit. “Untuk masalah kegemukan ini bisa menjadi masalah besar ketika ia dewasa. Dan kegemukan pula adalah salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia pada usia dewasa” ungkap Minarto.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat PPN Bappenas, Hadiat menuturkan, bahwa masalah gizi pada anak akan sangat berdampak pada kerentanannya terhadap penyakit ketika dewasa. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki target untuk menurunkan angka stunting anak di bawah lima tahun menjadi 32% pada 2015.
Menurutnya pemerintah akan menjalankan program intervensi gizi secara langsung dan tidak langsung. Seperti pemberian zat penambah gizi mikro untuk anak dan pemberian tablet zat besi atau multivitamin untuk ibu hamil dan menyusui (langsung), serta penyuluhan pola hidup sehat bagi masyarakat (tidak langsung).
Direktur Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan, Doddy Izwardi mengungkapkan bahwa 25% penyebab stunting disebabkan karena masalah gizi ibu saat kehamilan. Selain itu ia menyatakan bahwa Indonesia saat ini belum bisa mengatasi masalah stunting, karena program yang dijalankan belum berdampak pada penurunan angka stunting.
“Program yang kami lakukan hanya berkontribusi sekitar 30% pada penanganan stunting, sisanya sekitar 70% ada dibidang lain. Seperti PU yang harus bersedia membuat sanitasi dan program ketahanan pangan yang saat ini sedang fokus jangan hanya ditujukan sebagai komoditas ekonomi atau kepentingan ekspor. Namun perlu berkontribusi pula pada penurunan angka stunting anak Indonesia” ujar Doddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News