Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penemuan beberapa serpihan yang kemudian dipastikan sebagai bagian dari pesawat AirAsia QZ8501, Selasa (30/12), menjadi titik terang atas hilangnya pesawat tersebut sejak Minggu (28/12).
Pencarian pun akan berlanjut pada Rabu (31/12), dengan fokus pencarian akan bergeser mendekati Pulau Kalimantan. Badan SAR Nasional--pemimpin upaya pencarian pesawat ini--menyebut area pencarian itu sebagai Sektor V.
Pergeseran tersebut berdasarkan temuan serpihan pesawat dan jenazah pada Selasa. Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyebutkan akan mengirimkan tambahan 47 penyelam dari TNI Angkatan Darat, memperkuat 21 penyelam dan pasukan katak dari TNI AL yang sudah lebih dulu bersiap untuk proses pencarian ini.
"Prinsip kami ASAP, as soon as possible. Kami kerja secepatnya. Untuk itu kekuatan penuh akan kita berikan," ucap Moeldoko. Kapal berperalatan sonar juga akan dikirim ke kawasan ini.
Sementara itu, tim disaster victim identification (DVI) dari Polda Jawa Timur, mulai mengumpulkan data antemortem para penumpang dan kru pesawat itu. Data ini diperlukan untuk proses identifikasi yang kemungkinan harus dilakukan, menyusul penemuan sejumlah jenazah di lokasi yang berdekatan dengan temuan serpihan bagian pesawat.
"Pengumpulan data antemortem ini juga mengumpulkan ciri fisik korban, seperti DNA, sidik jari, air liur, hingga kotoran telinga dari keluarga terdekat seperti saudara, ayah, atau ibu," kata Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Polisi Budiyono, Selasa petang.
Seluruh temuan dari pencarian di laut akan diangkut terlebih dahulu ke crisis center di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, melalui Pelabuhan Kumai, menggunakan helikopter. Semua temuan, baik barang maupun korban, akan dikirim ke Surabaya yang menjadi pusat penanganan krisis.
Dalam siaran pers-nya, AirAsia Indonesia memastikan serpihan yang ditemukan pada Selasa siang adalah bagian dari AirAsia QZ8501 yang hilang pada Minggu pagi. Lokasi penemuan serpihan berada sekitar 110 mil laut di barat daya Pangkalan Bun, di Selat Karimanta.
Selain tiga jenazah yang sudah dipastikan telah ditemukan oleh Basarnas, pesawat berikut penumpang dan kru lain di dalamnya belum diketahui keberadaannya. Saat hilang, pesawat ini mengangkut 155 penumpang dan 7 kru.
Berhadapan dengan cuaca yang tak selalu ramah, pencarian akan berlanjut kembali mulai pukul 05.00 WIB, Rabu. "Tantangan yang dihadapi adalah ombak yang tingginya bisa lebih dari 3 meter," kata Kepala Basarnas, Marsekal FHB Soelistyo, Selasa.
Sampai saat ini, pencarian telah melibatkan setidaknya 16 helikopter, 14 pesawat, 12 kapal, dan sejumlah kapal cepat dari beragam instansi di sekitar kawasan pencarian. Pencarian QZ8501 melibatkan pula tim dari luar negeri, seperti dari Malaysia, Singapura, Australia, dan Korea Selatan. Kapal dari Amerika Serikat juga sudah dalam perjalanan untuk turut mencari pesawat ini.
CEO AirAsia, Tony Fernandes, menolak menduga-duga penyebab insiden yang menimpa QZ8501. Dia tak mau berspekulasi tentang apa yang terjadi atas pesawat ini. "Saat ini biar fokus kepada pencarian korban, jangan dulu berbicara penyebab kecelakaan," tepis dia.
Para pakar penerbangan dari beragam belahan dunia sependapat saat ini masih terlalu dini untuk memastikan apa yang terjadi atas pesawat tersebut. "Sebagai penyidik, saya dilatih untuk melihat segala kemungkinan sampai mendapatkan bukti," kata Anthony Brickhouse, asisten profesor di Embry-Riddle Aeronautical University, seperti dikutip dari AFP.
Pesawat Airbus A320-200 yang digunakan penerbangan tersebut dilengkapi dengan emergency locator transmitter (ELT), yang dirancang memunculkan sinyal darurat ketika terjadi kecelakaan. Dalam insiden ini, belum ada sinyal ELT yang terlacak, hingga Selasa malam.
Adapun data paling mendasar tentang apa yang terjadi di saat-saat terakhir pesawat ini mengudara, hanya dapat diperoleh dari kotak hitam yang terpasang di dalam pesawat. Peralatan ini merekam percakapan di dalam kokpit dan data sistem penerbangan.
Gerry Soejatman, konsultan Whitesky Aviation yang berbasis di Jakarta, mengatakan bukti yang ditemukan sejauh ini masih menyatakan insiden QZ8501 hanya terkait dengan cuaca. "Sebagai faktor utama atau pendukung (belum dapat dipastikan juga)," ujar dia seperti dikutip dari AFP.
Menurut Gerry, pesawat AirAsia belum terdaftar dalam Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS), sekalipun sudah melengkapi diri dengan piranti untuk sistem tersebut. Dari insiden ini, Gerry menyatakan otoritas penerbangan Indonesia harus mendorong peningkatan penggunaan teknologi yang bisa membantu pencarian pesawat yang hilang.
Sejumlah analisis memperkirakan pesawat AirAsia QZ8501 hilang setelah gagal melewati awan kumulonimbus (cumulonimbus/CB). Dari data yang diduga berasal dari salah satu menara kontrol lalu lintas penerbangan di bandara di Kalimantan--meski belum terkonfirmasi--kecepatan pesawat diduga tak mencukupi. (Palupi Annisa Auliani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News