kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemilu 2014 dan gejolak rupiah bisa tunda PMA


Senin, 02 Desember 2013 / 19:27 WIB
Pemilu 2014 dan gejolak rupiah bisa tunda PMA
ILUSTRASI. Penghapusan pungutan ekspor CPO ditaksir hanya memberikan efek terbatas dan sementara bagi pergerakan saham emiten CPO.


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Tekanan perekonomian Indonesia di akhir 2013 membayangi tahun 2014. Tekanan itu mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga masalah defisi transaksi berjalan dan neraca perdagangan. Celakanya, pada 2014, akan ada hajatan besar berupa pemilihan umum (Pemilu).

Jika tekanan ekonomi di tahun ini terus berlanjut di tahun depan, maka hal tersebut akan membuat investor asing yang ingin menanamkan modalnya berfikir dua kali.

Penanaman modal asing (PMA) dipastikan banyak yang akan menunda investasinya sebelum adanya kejelasan siapa yang memimpin Indonesia dalam lima tahun kedepan.

Paling tidak, di kuartal pertama, investor masih akan wait and see. Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, kondisi pada 2014 berbeda dengan 2009 lalu.

Saat itu krisis global terjadi dan Indonesia recovery secara cepat ditambah tidak banyak negara yang menjadi saingan untuk penanaman modal.

Berbeda 180 derajat dengan keadaan saat ini, dimana kondisi global masih kolaps dan perekonomian Indonesia masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diperbaiki. 

Ditambah lagi, pelemahan rupiah makin membuat investor menghitung ulang investasinya. "Yang dilihat pertama oleh investor itu stabilitas nilai tukar. Sebenarnya mereka untung kalau rupiah melemah, tapi klo terus-terusan ya malah berdampak buruk," tegas Destry.

Namun, Destry tetap yakin, ada beberapa sektor yang masih menarik untuk PMA. Seperti pengolahan kepala sawit (CPO). Apalagi dengan kebijakan mandatory biofuel bisa menguntungkan kedepannya.

Ekonom BII Maybank Umar Juoro pun melihat sektor consumer goods dan elektronik masih menarik. 

Tapi, perlu digarisbawahi, bahwa pemerintah seharusnya mulai membuka investasi yang berbasis pasar ekspor. Hal ini mengingat mayoritas investasi yang masuk ke Indonesia hanya berbasis domestik demand. Dan ini berdampak pada kenaikan impor barang modal dan bahan baku. 

Hal berbeda diungkapkan Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) Azhar Lubis yang melihat Indonesia sudah berpengalaman menghadapi investasi saat pemilu.

Karena itu, pihaknya tetap yakin tahun 2014 akan terjadi peningkatan realisasi investasi jika dibandingkan tahun 2013. Targetnya pun masih dikisaran Rp 450 triliun.

"Investasi masih kuat, terutama pengolahan CPO dan coklat," ujarnya kepada Kontan, Senin (2/12). Investasi di industri semen pun akan semakin besar, sesuai dengan pembanguan infrastruktur di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×